Bos Perusahaan Raksasa Kalkulator Saku Buka Suara soal AI & Smartphone

CNN Indonesia
Senin, 08 Des 2025 05:36 WIB
Kalkulator menghadapi tantangan dari AI dan smartphone. Meski penjualan menurun, produsen seperti Casio optimis akan permintaan di pasar tertentu.
Ilustrasi kalkulator. (Pixabay/fancycrave1)
Jakarta, CNN Indonesia --

Alat kalkulator mungkin tidak mampu mengimbangi kemampuan kecepatan perhitungan matematika yang memanfaatkan teknologi baru.

Kemampuan akal imitasi (AI) hingga aplikasi kalkulator dalam ponsel pintar (smartphone) apakah akan berpengaruh pada kapasitas produksi dan penjualan kalkulator saku berbagai jenis?

Merespons hal tersebut, bos produsen raksasa yang membuat kalkulator pun buka suara. Salah satunya Casio, sebuah perusahaan asal Jepang.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Eksekutif Casio, Tomoaki Sato, mengatakan meskipun kecerdasan buatan mengalami kemajuan pesat, chatbot terkadang masih kesulitan dalam penjumlahan dasar.

Sebaliknya, "kalkulator selalu memberikan jawaban yang benar," ujar Tomoaki seperti dikutip dari AFP, Minggu (7/12).

Namun, ia mengakui bahwa kalkulator suatu hari nanti bisa bernasib sama seperti sempoa. Sempoa adalah alat hitung manual berbentuk bingkai dengan manik-manik yang digeser pada batang atau kawatnya.

"Tidak dapat disangkal bahwa pasar kalkulator pribadi yang digunakan dalam bisnis sedang mengalami tren penurunan," kata Sato di Tokyo, Jepang.

Dia mengatakan ponsel pintar dan peramban web dapat menangani perhitungan sehari-hari,. Selain itu, sebagai catatan model AI pun berhasil meraih skor tingkat emas untuk pertama kalinya tahun ini di sebuah kontes matematika global yang bergengsi.

Tapi, Sato mengatakan kalkulator lebih terjangkau daripada ponsel. Apalagi yang bisa beroperasi dengan baterai dan tenaga surya--akan menjadi nilai tambah bagi sekolah-sekolah di negara berkembang.

Sato mengatakan itu menjadi area pertumbuhan potensial yang masih diraup produsen kalkulator.

"Dan orang-orang yang membeli kalkulator lebih menyukai apa yang mereka rasakan," ujarnya.

Optimisme yang diungkap Sato itu pun diutarakan juga oleh manajer utama Casio di Thailand, Ryohei Saito.

"Kalkulator masih ada permintaannya," klaimnya.

"Tidak semua tempat di dunia memiliki konektivitas telepon pintar, dan kalkulator adalah alat yang dioptimalkan dan difokuskan pada fungsi-fungsi yang diperlukan," sambung Saito.

Ilustrasi kalkulator dan buku pelajaranIlustrasi kalkulator dan buku pelajaran. (KaboomPics)

Salah satu 'pemakai kalkulator saku atau meja' adalah Thitinan Suntisubpool, salah satu pemilik toko yang menjual asesoris lucu di Pecinan Bangkok, Thailand. Perempuan berusia 58 itu mengaku menyukai daya tahan kalkulator besarnya, meskipun pernah beberapa kali terjatuh.

"Dalam banyak hal, kalkulator ini lebih praktis," ujar Thitinan.

"Kami bisa menggunakannya untuk menekan angka dan menunjukkannya kepada pelanggan [asing]," kata dia, "Sehingga menghindari kesalahpahaman akibat kendala bahasa."

Tapi di kios sebelahnya, Da--penjaga kios penjual jam, senter, hingga kalkulator--mengaku penjualan kalkulator saku terbilang 'sepi'.

Casio adalah salah satu produsen kalkulator yang ternama di dunia. Selain Casio, produsen kalkulator lain adalah seperti Canon, Texas Instruments, Citizen, Victor, Deli, dan Joyko dari Indonesia.

Mengutip dari AFP, Casio hingga Maret 2025 menjual 39 juta kalkulator--baik standar maupun ilmiah--di sekitar 100 negara. Angka itu lebih rendah dibandingkan 45 juta pada periode penjualan 2019-2020. 

Profesor teknik di Universitas Ljubljana Slovenia, Gregor Dolinar, mengatakan kalkulator--terutama kalkulator saintifik--mungkin perlahan demi perlahan akan menghilang. Kemampuan yang ada pada kalkulator saintifik, katanya, sudah berada dalam aplikasi yang tersemat dalam ponsel-ponsel pintar--setidaknya yang dipakai para mahasiswanya.

"Mereka bisa menghitung segalanya lewat telepon," kata Gregor Dolinar yang juga dikenal sebagai Presiden Olimpiade Matematika Internasional (IMO).

Sebagai informasi, sejarah kalkulator baru-baru ini menjadi berita utama ketika rumah lelang Christie's di Inggris menangguhkan penjualan mesin hitung awal, "La Pascaline", yang berada di Paris.

Penangguhan itu dilakukan setelah pengadilan menyatakan bahwa mesin tersebut tidak dapat dibawa ke luar negeri Prancis.

Rumah lelang tersebut menyebut perangkat hitung dari tahun 1642 yang berhiaskan kayu hitam itu sebagai "upaya pertama dalam sejarah untuk menggantikan pikiran manusia dengan mesin".

(afp/kid)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER