Jakarta, CNN Indonesia -- Motilal Kushwaha bertaruh harta saat mendatangi salah satu dewi umat Hindu, Gadhimai. Pria Nepal itu menjanjikan seekor kambing kepada Sang Dewi, jika anaknya bisa mendapatkan kerja nanti.
Tahun lalu, impiannya terkabul. Anaknya sukses. Sabtu (29/11), Kushwaha pun menjadi satu dari ribuan orang yang 'membantai' binatang di sebuah kuil Gadhimai, sebelah Selatan Nepal.
Apa yang dilakukan Kushwaha dan ribuan orang itu merupakan bagian dari salah satu ritual pengorbanan massal terbesar yang didasarkan atas kepercayaan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Semua orang di desa saya membuat sumpah untuk mengorbankan binatang," kata Kushwaha seperti dikutip CNN. Ia tinggal di distrik Bara, sekitar 60 mil ke arah Selatan dari Kathmandu, Nepal.
Sumpah yang dibuat bisa bermacam-macam. Ada yang meminta anak, ada pula yang menjadi wujud ungkapan terima kasih atas anugerah Tuhan yang mereka terima.
Dalam ritual yang dikenal dengan Festival Gadhimai, mereka mengorbankan kambing, kerbau, maupun ayam jago. Pemotongan hewan bisa dilakukan di kuil maupun rumah masing-masing, yang tersebar di Nepal.
Festival selalu meriah. Masing-masing empunya sumpah dipersilakan memotong hewannya sendiri. Festival juga dihadiri jutaan orang dari distrik lain di sekitar mereka. Biasanya, berlangsung dua hari.
Seperti diberitakan CNN, ada pola yang tetap dari festival itu. Waktunya selalu akhir pekan. Jumat untuk pemotongan kerbau, sedang Sabtu untuk korban kambing.
Pekan lalu, orang-orang berdatangan dengan penuh suka cita. Mereka seperti sudah menanti festival itu selama bertahun-tahun. Apalagi, daging binatang yang dikorbankan akan dibagi-bagikan.
(Lihat juga:
Gadhimai, Festival Penuh Darah di Nepal dan India)
Dianggap kejamMenurut estimasi petugas, sekitar 10 ribu kerbau dan 150 ribu kambing dikorbankan kepada Gadhimai, yang dianggap Dewi Kekuatan, dalam sekali ritual. Festival Gadhimai, dilaksanakan lima tahun sekali.
Jumlah itu berkurang jauh dari festival terakhir yang dilakukan tahun 2009. Saat itu, hampir 20 ribu kerbau dan lebih dari 200 ribu kambing dikorbankan. Pengurangan jumlah, disebabkan protes dari kaum pembela hak-hak hewan.
"Kami melihat kekejaman dilakukan terhadap hewan," kata Pramada Shah, perwakilan Jaringan Kesejahteraan Hewan di Nepal. Sebab, lanjut Shah, tidak semua hewan yang dikorbankan langsung mati begitu saja.
Ada beberapa yang dibiarkan meregang nyawa. "Tidak semua binatang kepalanya diputus. Beberapa harus menunggu 40 menit untuk mati," ujar Shah lagi, prihatin.
Perlakuan terhadap binatang yang dikorbankan memang sedikit kejam. Mereka tidak hanya digorok dengan pisau besar, tetapi juga diseret dengan jarak jauh.
"Terkadang, saat sampai di arena festival mereka sudah setengah mati. Mereka dibiarkan tanpa makanan selama dua sampai tiga hari, sampai dibawa ke sini," ucap Shah melanjutkan penjelasannya.
Dijadikan 'mainan'Aktivis pencinta hewan mendatangi pengadilan di Nepal dan India untuk melaporkan pengorbanan berdarah itu. Bulan lalu, diputuskan itu tak dilarang, tapi ada aturan yang harus diikuti.
Selama ini, ada pihak yang menjadikan Festival Gadhimai 'mainan'. Berdasarkan data Kementerian Dalam Negeri India, sekitar 90 ribu kerbau ilegal dikirim ke Nepal untuk festival, sepanjang September.
"Perbatasan wilayah tak bisa dikontrol, dan korupsi merajalela," ucap Shah. Lagipula, pihak berwajib juga menolak menghentikan ritual pengorbanan itu.
"Tidak bisa, ini berhubungan dengan budaya," kata Dulal, seorang petugas distrik. Bahkan ditambahkan Kushwaha, jika orang-orang dilarang melakukannya, mereka akan datang dan membunuh para petugas.
"Ini sesuatu yang berkaitan dengan kepercayaan dan keyakinan," tuturnya.
Namun aktivis percaya, perubahan bisa terjadi. Mereka mencatat, 40 persen perempuan di desa sudah menyatakan tak mau berkorban hewan dalam festival itu lagi.
Itu terjadi sejak tiga tahun lalu, Uttimlal Chaurasiya, aktivis dari Bariyarpur mempertontonkan video kekejaman terhadap hewan dalam Festival Gadhimai ke penduduk desa. Kepedulian pun meningkat.
"Seluruh produk kehidupan setara di mata dewa. Selain hewan, masih ada labu, kelapa, atau gula yang bisa dikorbankan," katanya mencoba memberi solusi.
Kushwaha yang juga sekretaris untuk Gadhimai Festival Management and Development Committee mengatakan, pihaknya bisa saja menghentikan festival. Asal, ada perintah dan aturan jelas dari pemerintah.
(rsa/mer)