Jakarta, CNN Indonesia -- Keberadaan perkumpulan Freemason di Jakarta tempo dulu bisa dilihat dari dua bangunan loji yang masih berdiri hingga kini. Loji merupakan bangunan yang jadi pusat kegiatan tarekat rahasia ini.
Dua bangunan loji tersebut adalah gedung Kimia Farma di Jalan Budi Utomo,dan Gedung Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) di Menteng.
Jalan Budi Utomo dulu namanya adalah Jalan Vrijmetselaars. Vrijmetselaarij merupakan istilah Freemason dalam bahasa belanda. Sama seperti loji-loji Freemason lain, gedung tersebut oleh masyarakat sekitar juga disebut sebagai rumah setan. Penyebabnya adalah aktivitas anggota Freemason yang dinilai sebagai perkumpulan gelap di gedung tersebut.
 Simbol Freemason di Taman Prasasti. (CNN Indonesia/ Andry Novelino) |
Sejarawan Betawi Alwi Shahab menyatakan, masyarakat sekitar begitu takut pada bangunan loji tersebut. Mereka bahkan harus sampai berbisik-bisik juga menyebut rumah setan tersebut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Dahulu, di sebelah ‘rumah setan’ terdapat perumahan para perwira dan petinggi Belanda,” kata Alwi dalam tulisannya “Jaringan Zionis di Rumah Setan” dalam laman https://alwishahab.wordpress.com.
Kini setelah jadi kantor sebuah perusahaan farmasi, beberapa simbol dan ornamen yang dinilai menggambarkan perkumpulan gelap itu dihilangkan. Tapi arsitektur bangunan yang mencirikan sisa bangunan kolonial masih tampak yakni dengan keberadaan empat pilar besar di bagian depan.
Dalam buku "Tarekat Mason Bebas Masyarakat di Hindia Belanda dan Indonesia 1764-1962", TH Setevens menulis, gedung Kimia Farma dulunya adalah rumah pemujaan yang dipakai Loji La Vertueuse.
Loji dibangun di atas tanah hibah pemerintah Hindia Belanda pada 15 Februari 1830. Gedung loji seluas 20x27 meter dirancang oleh insinyur belanda J Tromp yang juga Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Gedung-gedung Negeri.
Bangunan terdiri dari tiga ruangan besar dan enam kamar. Salah satu ruangan difungsikan jadi ruangan singgasana dengan atap yang menjulang. Saat itu dibutuhkan biaya 12 ribu gulden untuk membangunnya.
Gedung ini selanjutnya dipakai untuk dua loji, La Vertueuse dan Le Fidele Sincerite saat keduanya dileburkan. Kedua loji pada tahun 1937 disatukan menjadi Loji Ster in het Oosten atau Bintang Timur. Gedung Kimia Farma digunakan sebagai loji hingga tahun 1934
“Rumah setan” lain bekas loji Freemason di Jakarta adalah Gedung Bappenas di Jalan Taman Surapati, Menteng. Dulunya gedung ini bernama Adhuc Stat.
Dahulu, di sebelah ‘rumah setan’ terdapat perumahan para perwira dan petinggi BelandaAlwi Shahab, Jurnalis senior yang juga Sejarawan Betawi |
Adhuc Stat dipakai mulai tahun 1934 saat Loji Bintang Timur memindahkan tempat pemujaannya. Gedung ini dirancang oleh NE Burkoven Jaspers. Lokasinya persis di depan Taman Surapati, Menteng.
Sempat nonaktif saat Jepang tiba, loji ini kembali aktif setelah Indonesia merdeka. Jepang memang melarang keberadaan Freemason. Para anggotanya diburu dan ditangkapi. Mereka yang jadi pengurus loji bahkan dicap sebagai buruan utama.
Setelah Jepang pergi, pada awal kemerdekaan, Loji Bintang Timur berganti nama menjadi Purwa Daksina. Pergantian nama dilakukan karena sentimen antibelanda menguat pada awal kemerdekaan.
Selain Purwa Daksina, tiga loji lainnya juga dihidupkan kembali yakni Loji Bhakti (Semarang), Loji Dharma (Bandung) dan Loji Pamitran (Surabaya).
Empat loji besar ini membentuk Timur Agung Indonesia dengan suhu agung Soemitro Kolopaking.
 Gedung Kimia Farma, di kawasan Lapangan Banteng, Jakarta Pusat, Sabtu, 20 Juni 2015. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono) |
Selain Kimia Farma dan Bappenas, Freemason di Batavia juga pernah menggunakan beberapa tempat sebagai gedung pemujaan. Loji La Fidele Sincerite misalnya yang awalnya menggunakan sebuah losmen di kawasan Tambora, Jakarta Barat.
Tahun 1773, gedung loji dipindahkan ke Jalan Kopi di kawasan Bandengan Utara. Di jalan yang bernama Jalan Amanusgracht ini, loji menggunakan sebuah gedung sebagai tempat pemujaan.
Tahun 1815, loji kembali dipindahkan. Le Sincerite kemudian menggunakan sebuah bangunan di Jalan Poskota, kawasan Kota Tua yang dulu bernama Jalan Tijgersgracht.
Sementara loji La Vertueuse berdiri 1769. Tempat pemujaan awalnya berpindah-pindah dari rumah anggota yang satu ke rumah anggota yang lain. Kemudian pada tahun 1780, seorang anggotanya, Daniel Kreysman menyediakan rumahnya di Jalan Gajah Mada/Hayamwuruk untuk dipakai menjadi loji.
Dari loji di tempat ini, Vertueuse kemudian menempati loji besar di Jalan Budi Oetomo yang kini menjadi Gedung Kimia Farma.
(sur)