Ketika Ahok, Gatot, dan Tito Masuk Simulasi Cawapres Jokowi

CNN Indonesia
Sabtu, 21 Okt 2017 14:13 WIB
Ada sejumlah nama masuk dalam bursa cawapres pendamping Jokowi di Pilres 2019, di antaranya Ahok, Gatot Nurmantyo, dan Tito Karnavian.
Ada sejumlah nama masuk dalam bursa cawapres pendamping Jokowi di Pilres 2019, di antaranya Ahok, Gatot Nurmantyo, dan Tito Karnavian. (CNN Indonesia/M. Andika Putra).
Jakarta, CNN Indonesia -- Ketua Umum Projo Budi Arie Setiadi mengatakan kelompok yang ia pimpin telah menyaring nama calon wakil presiden (cawapres) untuk mendampingi Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada Pemilihan Presiden 2019.

Nama Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo dan Kapolri Jenderal Tito Karnavian merupakan dua nama dari sejumlah nama yang dianggap cocok sebagai cawapres sang presiden petahana.

"Nama-nama yang beredar Ibu Sri Mulyani, Pak Gatot, Pak Tito Karnavian, Pak Basuki alias Ahok, Pak muhaimin, Pak Zulkifli, dan Ibu Puan," kata Budi di Jakarta Selatan, Jumat (20/10).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Menurut Budi nama tersebut tidak jauh berbeda dengan nama yang dirilis sejumlah lembaga survei. Budi mengatakan mendapat nama itu setelah menyaring aspirasi rakyat mengenai siapa cawapres yang tepat dampingi Jokowi. Ia pun yakin mayoritas rakyat Indonesia mendukung Jokowi memimpin sampai 2024.

Walau sudah mendapat sejumlah nama cawapres, Projo enggan mengintervensi Jokowi dalam memilih cawapres. Mereka menyerahkan sepenuhnya kepada Jokowi untuk memilih cawapres dan akan mengikut keputusan tersebut.

"Projo enggak pernah marah mau cawapres siapa pun yang dipilih Jokowi. Seperti pak Jusuf Kalla, sebenarnya kalau mau jujur waktu 2014 kita punya kriteria tertentu, tapi bagi kami siapa pun wakil presiden yang penting Jokowi," kata Budi.

Ahok Paling Tinggi

Dalam kesempatan yang sama, Direktur Eksekutif Indikator Politik Burhanudin Muhtadi memaparkan temuan survei yang dilakukan lembaganya atas nama sosok cawapres Jokowi kelak.

"Kalau ditanya ke responden 16 nama cawapres, itu ada Tito, Gatot, Ahok, Ridwan Kamil, Tri Rismaharini, Puan Maharani, Budi Gunawan, Muhaimin Iskandar, dan Romahurmuziy," kata Burhanudin.


Pada simulasi 16 nama, Ahok mendapat suara tertinggi dengan 16 persen. Diikuti Gatot dengan 10 persen, Sri Mulyani dengan delapan persen, Ridwan Kamil empat persen.

Ketika Ahok, Gatot, dan Tito Masuk Bursa Cawapres JokowiGatot Nurmantyo. (REUTERS/Beawiharta)
Kemudian pada simulasi delapan nama, Ahok masih tertinggi dengan 16 persen. Diikuti Gatot dengan 14 persen, Sri Mulyani dengan 10 persen dan Ridwan Kamil delapan persen.

"[Persentase] Ahok tidak naik [pada simulasi delapan nama], maka kami hilangkan dalam simulasi tiga nama. Pada simulasi tiga nama, Gatot dan Sri Mulyani imbang 25 persen. Kemudian Tito sekitar 10 persen," kata Burhanudin.

Burhanudin menjelaskan ada tiga aspek penting dalam memilih cawapres yakni memenangkan pemilu, menjalankan pemerintahan yang baik dan konsolidasi politik.

Dengan begitu cawapres merupakan sosok penting bagi Jokowi dalam Pilpres 2019. Pasalnya, kata Burhanudin, ada segmen yang puas terhadap Jokowi namun tidak mau memilih.

"Mereka yakini pak Jokowi sudah all out untuk bekerja melayani. Tapi secara hati mereka lihat pak Jokowi dianggap bukan in group atau mean-nya. Atau dianggap mempersepsikan identitas lain diluar sebagian pemilih yang puas tapi enggak milih," kata Burhanudin.

Berdasarkan survei Indikator Politik tentang calon presiden, Jokowi menempati posisi teratas dengan suara 47 persen. Diikuti Ketua Umum Partai Gerindra dengan 19 persen, Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono dua persen, Gubernur DKI Anies Baswedan dua persen dan Panglima TNI Gatot Nurmantyo sekitar satu persen.

Kemudian warga yang puas terhadap Jokowi, namun tidak memilih sekitar 14 sampai 21 persen. Atas dasar itu, Burhanudin pun menilai posisi Jokowi masih belum aman.


Burhanudin memandang Gatot merupakan salah satu pendamping Jokowi yang berpeluang menang dalam Pilpres 2019. Kombinasi sipil dan militer cocok dinilai tepat, apalagi keduanya agama Islam.

"Meskipun sempat manuver ke sana kemari, pak Jokowi tak memecatnya sebagai panglima TNI. Artinya secara diam-diam pak Jokowi menikmati manuver politik dari Gatot," kata Burhanudin.

"Mungkin pak Jokowi sadar manuver itu menambah suara Pak Jokowi 2019. Karena basis suara yang ditarik Gatot bukan dari basis yang sama yang dimiliki Pak Jokowi."
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER