Jakarta, CNN Indonesia -- Suara aliran air itu menghasilkan efek menenangkan dan bisa bikin kita tetap tidur dengan tenang. Tapi ada suara yang bisa bikin kita terjaga atau terbangun tiba-tiba, seperti teriakan, alarm, atau dering telepon. Secara ilmiah, ini ada penjelasannya lho.
Rupanya, respons kita terhadap suara itu diatur oleh otak yang mengintrepetasikan bunyi yang kita dengar saat kita bangun atau tertidur. Menurut ilmuwan, otak kita membagi suara-suara yang kita dengar ke dalam dua kategori: mengancam atau tidak mengancam.
Suara-suara yang khas, seperti teriakan dan bunyi alarm, tak bisa diabaikan oleh otak kita. Sedangkan bunyi lain, seperti desauan angin atau desir ombak di pantai, bisa diabaikan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Bunyi yang lambat, lembut, ini adalah suara yang dianggap bukan ancaman, sehingga bisa menenangkan,” kata Orfeu Buxton, seorang associate professor di Pennsylvania State University.
“Ini seperti mengatakan: jangan kuatir, jangan kuatir, jangan kuatir,” ujar Buxton lagi, seperti dikutip Livescience.
Sementara suara yang lebih kencang, bikin sulit tidur atau membangunkan kita dari mimpi yang indah.
Tapi ini bukan soal volume suara lho ya. Melainkan apa karakter suara yang bisa memicu otak untuk mengaktifkan atau tidak sistem kewaspadaan diri dan membuat kita terbangun.
Sebagai contoh, suara ombak, meskipun volume suaranya bervariasi, ada yang rendah ada juga yang tinggi, ternyata memiliki interval yang tenang. Lalu diikuti oleh kresendo, keriuhan suara ombak naik dan turun dalam intensitas yang mengalir lancar. Ini menghasilkan efek tenang dan kita bisa tidur dengan nyenyak.
Ini berbeda dengan suara teriakan atau bunyi dering telepon, yang tiba-tiba memecah kesenyapan. Secara tiba-tiba mencapai volume yang tinggi. Kalau mendengar ini, siapa dari kalian yang tidak langsung terbangun?
(ded/ded)