Jakarta, CNN Indonesia -- Sebuah program yang mengkampanyekan toleransi dalam keberagaman, SabangMerauke, akan kembali digelar tahun ini. Ini adalah program pertukaran pelajar bagi anak-anak dari berbagai daerah di Indonesia.
Menurut Ayu Kartika Dewi, salah satu pendiri SabangMerauke, pada saat peluncuran program itu di Jakarta, Sabtu (23/1), anak-anak dari berbagai daerah itu akan merantau ke Jakarta selama tiga minggu dan tinggal dengan keluarga angkat yang memiliki latar belakang budaya, suku, dan agama yang berbeda.
 Ayu Kartika Dewi (CNN Student/Bahariyani Mareza) |
Ide untuk membentuk yayasan ini berawal dari pengalaman Ayu ketika menjadi guru di Halmahera, Maluku Utara. Ia tinggal di desa yang semua penduduknya adalah Islam. Desa-desa disekat berdasarkan agama dikarenakan kerusuhan Ambon tahun 1999 yang meluas sampai Halmahera.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Anak-anak desa ini tinggal di lingkungan homogen dan tidak mengenal perbedaan. Seperti peribahasa “tak kenal maka tak sayang”, mereka tumbuh sebagai individu yang takut dan bahkan benci ketika ada orang lain yang berbeda.
Stereotipe inilah yang ingin dipupuskan oleh Ayu dan teman-temannya, yang mendirikan SabangMerauke. Ia ingin anak-anak mengenal bahwa perbedaan itu indah.
“Anak harus berinteraksi langsung dengan orang yang berbeda darinya. Dengan begitu akan tumbuh toleransi karena toleransi itu harus dirasakan atau dialami, tidak hanya diajarkan,” ujar Ayu.
Sampai saat ini, sudah ada tiga angkatan SabangMerauke dan angkatan empat akan mulai pada pertengahan tahun 2016.
(ded/ded)