Yogyakarta, CNN Indonesia -- Sebuah pertemuan besar para peneliti dan pemerhati burung di Indonesia baru saja selesai diselenggarakan oleh Fakultas Teknobiologi Universitas Atma Jaya Yogyakarta pada tanggal 4 – 6 Februari 2016. Pertemuan yang diberi nama Konferensi Nasional Peneliti dan Pemerhati Burung di Indonesia kedua ini mengusung tema "Pelestarian Burung untuk Keseimbangan Ekosistem" dan diikuti oleh sekitar 300-an peserta dan menyajikan 125 makalah. Jumlah makalah yang disajikan tersebut merupakan peningkatan yang sangat berarti jika dibandingkan dengan konferensi pertama yang dilaksanakan di Bogor pada tahun 2015 dengan menyajikan 75 makalah.
Sebagai negara dengan keanekaragaman hayati burung terbesar keempat di dunia, setelah Kolumbia, Peru, dan Brazil, pengetahuan akan burung di Indonesia bisa dikatakan masih minim. Demikian pula halnya dengan jumlah peneliti dan pengamat, walaupun dalam dekade terakhir mengalami lonjakan jumlah yang besar. Hal ini menjadi salah satu sorotan utama dalam konferensi, selain soal bagaimana hasil dari penelitian dan pengamatan yang dihasilkan dapat memberikan sumbangan bagi pengembangan ornitologi (ilmu tentang burung) dan upaya pelestariannya di alam.
Selain minimnya informasi, juga disoroti tentang maraknya penangkapan burung liar di alam untuk diperdagangkan yang menyebabkan kelangkaan dan terancam punahnya beberapa jenis burung di Indonesia. Ancaman kelestarian burung akibat perburuan dan perdagangan saat ini menjadi ancaman terbesar kedua setelah hilangnya/rusaknya habitat burung.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tumbuhnya minat orang Indonesia untuk berkecimpung di dunia penelitian dan pelestarian burung di alam terlihat dari makin meningkatnya jumlah peneliti dan pemerhati burung. Jumlah kelompok pengamat burung (birdwatching club) yang pada awal tahun 80-an hanya berjumlah kurang dari 10 saat ini diperkirakan telah mencapai 90-an kelompok yang tersebar di seluruh Indonesia.
Kegiatan pengamatan burung di alam bebas (
birdwatching) yang awalnya hanya dilakukan sebagai hobi, kini mulai memasuki babak baru dengan munculnya wadah Atlas Burung Indonesia (ABI), yang bertujuan untuk memetakan penyebaran semua jenis burung di Indonesia. Kegiatan yang diwadahi oleh ABI ini adalah kegiatan sukarela (
voluntary based). Saat ini, kegiatan ABI adalah kegiatan yang berkaitan dengan upaya pelestarian burung di alam bebas dengan jumlah relawan terbesar yang pernah ada di Indonesia. Atlas burung yang dihasilkan nantinya dapat dijadikan salah satu referensi utama dalam upaya pengelolaan keanekaragaman jenis burung di Indonesia.
Konferensi Nasional Peneliti dan Pemerhati Burung di Indonesia kedua ini didukung oleh banyak pihak, antara lain oleh Paguyuban Pengamat Burung Jogyakarta, Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata - Institut Pertanian Bogor, Burung Indonesia, P2B-LIPI, Raptor Indonesia (RAIN), Asian Raptor Research and Conservation Network (ARRCN), Indonesian Ornithologists' Union, Indonesia Hornbill Conservation Society (IHCS), Departemen Biologi Fakultas MIPA Universitas Padjajaran, dan Burung Nusantara.
(ded/ded)