Mengajarkan Tari Bumbung Klasik Bali, Bukan yang Porno

Edo Hary Purnawan | CNN Indonesia
Kamis, 17 Mar 2016 09:07 WIB
Joged Bumbung sekarang dipandang negatif karena video-video di media sosial. Tapi masih ada lho pakar Joged Bumbung yang mengajarkan yang benar.
Putu Meres, pelatih joged Bumbung yang ingin mengembalikan tari itu ke arah yang benar, tak porno. (Dok. Edo Hary Purnomo)
Buleleng, CNN Indonesia -- Tari tradisi Joged Bumbung, sudah sangat tidak asing di Bali. Tarian Bali ini belakangan dipandang sebagai tarian erotis, karena sering ditampilkan dengan cara yang tak senonoh. Nah, di tengah maraknya penampilan Joged Bumbung yang kian erotis, dan tersebar luas di berbagai media sosial itu, Putu Meres justru mengenalkan tari Joged Bumbung dengan pakem tari joged bali klasik yang masih mengutamakan nilai etika.

Setiap malam suasana di Balai Banjar Kelod Kauh, Desa Panji, Kabupaten Buleleng tak pernah sepi dengan kegiatan berkesenian. Di sini ada sanggar tari, yang melatih tari Joged Bumbung untuk anak anak kecil. Tapi jangan salah, Joged Bumbung yang diajarkan sangat jauh dari kesan erotis yang tak senonoh, seperti yang tersebar luas di berbagai media social.

Pelatih tarinya adalah Putu Meres, pria paruh baya ini sangat bersemangat untuk mengembangkan tari pergaulan Joged Bumbung di kampung halamannya. Semangatnya tak lepas dari antusias anak-anak yang ramai mendatangi sanggarnya, untuk belajar menari dengannya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

“Senang saya liat anak-anak mau latihan menari di sini, kalau saya melihat anak-anak menari jelek sedih rasanya apalagi dipakai dengan goyang yang tidak senonoh," ungkap Putu Meres di sela-sela mengajar tari di Sanggar Tari Mesuriak, Desa Panji.

Putu Meres sudah mengenal Joged Bumbung sejak umur 3 tahun. Waktu itu Joged Bumbung tak dipandang erotis seperti yang tersebar belakangan ini. Joged Bumbung yang ia kenal justru mempertahankan pakem tari joged Bali klasik, yang masih mengutamakan nilai etika.

“Kalau dulu kan tarian joged ini fanatik, ndak seperti sekarang. Ndak boleh dicolek, dipandang boleh dipegang jangan. Kalau sekarang kan porno-porno," ujar Meres.

Semangat Putu Meres untuk mengembangkan Joged Bumbung pun didukung oleh para orang tua yang menitipkan anak, untuk belajar menari dengannya. Salah satunya Ketut Ngurah Alit Maruta. Ia mengaku, kegiatan yang ada justru menumbuhkan sikap positif pada anaknya dan memberikan ruang untuk berkreativitas.

“Semangat anak saya tinggi sekali, dengan dilatih langsung sama penari tuanya jadi sama-sama mengisi. Anak-anak jadi positif, tidak hanya bermain di rumah, justru ada ruang untuk berkreatif," ungkap Ketut Ngurah Alit Maruta, saat ditemui sedang mengantar anaknya berlatih menari.

Joged Bumbung memang memiliki pesona eksotis di mata penikmat, khususnya lelaki dewasa. Namun Joged Bumbung sejatinya merupakan tarian bersifat partisipatif, dengan mengajak penonton menari bersama. Di sini unsur hiburanlah yang ditekankan, bukan unsur erotis yang mengarah ke porno aksi.
(Dok. Edo Hary Purnawan)
(ded/ded)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER