Buleleng, CNN Indonesia -- Sebuah buku sebagai karya dari sang penulis, selain dipublikasikan patut juga dibedah. Pembedahan buku berguna, selain bermanfaat bagi penulis, juga menjadi referensi untuk pembaca agar dapat mengenal karya tulis lebih dalam.
Senin siang (21/03) 3 orang penulis Bali: Kadek Sonia Piscayanti, Putu Satria Kusuma, dan Hardiman, menggelar acara bedah buku sekaligus peluncuran buku di rumah jabatan Bupati Buleleng. Acara yang digelar singkat dan terbuka untuk umum ini, mendapat apresiasi positif Bupati Buleleng, Putu Agus Suradnyana.
“Mudah-mudahan dari 3 buku tadi bisa membawah Buleleng ke kancah nasional nanti, karena bu Sonia pernah ke Australi mendapat penghargaan. Ini penulis-penulis hebat menurut saya," kata Putu Agus Suradnyana.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di sini penulis buku dikritik sekaligus diapresiasi oleh para pembedahnya. Ada 3 orang pembedah yang hadir. Masing-masing pembedah menyampaikan hasil bacaannya, sesuai dengan prinsip ilmu yang mereka miliki.
Di dalamnya berisi kritikan, masukan, dan apresiasi positif. Semua menjadi pembacaan bandingan; antara penulis sebagai
creator, dan pembedah yang mewakili pembaca. Para penulis pun harus siap menerima kritikan dan masukan yang diterimanya melalui bedah buku serta masukan dari pembacanya.
“Acara seperti ini kan bisa menjadi ajang untuk mengapresiasi karya sastra, diharapkan dengan datangnya peserta bedah buku ini, karya pengarang itu bisalah jadi refrensi mereka untuk menjadi pilihan," kata Luh Putu Sendratari, yang menjadi salah satu pembedah buku.
Kegiatan bedah buku seperti ini menjadi sangat penting untuk menjadikan buku sebagai karya yang bisa dikatakan sempurna. Karena jika buku terlalu banyak kritikan, maka calon pembacanya bisa berprediksi bahwa buku itu belum layak untuk dimiliki.
“Senang sekali ada bedah buku seperti ini, saya sudah baca sih bukunya tapi setelah dibedah seperti ini jadi makin semangat membaca buku ini," kata Luh Wanda Putri sambil menunjukkan buku milik Sonia Piscayanti yang berjudul Perempuan Tanpa Nama.
Para penulis ini sudah berani mengadakan bedah buku terhadap bukunya. Dampaknya tentu menjadi positif, karena penulis memilih langkah awal untuk maju. Bedah buku juga menjadi pembelajaran berharga bagi penulis.
(ded/ded)