Nafas Indonesia di Negeri Laut Kaspia

Astrid Septriana | CNN Indonesia
Senin, 25 Apr 2016 13:44 WIB
Azerbaijan, sebuah negeri di Laut Kaspia, mungkin jarang kalian dengar namanya. Tapi di sana budaya Indonesia disukai dan dipelajari lho.
Mahasiswa Program Studi Indonesia di Azerbaijan. (Astrid Septriana/Dok. Pribadi)
Baku, Azerbaijan, CNN Indonesia -- Menjalani kehidupan di negeri yang jarang disebut namanya, Azerbaijan, ternyata tak membuat saya menjauh dari budaya Indonesia. Padahal tak banyak orang Indonesia di kota Baku, ibukota negara Azerbaijan ini.

Pasalnya, anak-anak muda Azeri ternyata menyukai budaya Indonesia. Contohnya, ketika menghadiri acara yang diadakan Kedutaan Besar RI di Baku, pada awal April lalu, ada enam anak muda Azeri yang menarikan Ilir-Ilir.

Tak hanya menari, muda-mudi ini juga dapat dengan fasih bergurau dan bercerita dalam tutur bahasa Indonesia. Mereka adalah mahasiswa Pusat Studi Indonesia di sebuah kampus bernama Azerbaijan University of Languages (ADU).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Saya berkesempatan bicara lebih jauh dengan 7 orang mahasiswa/i kajian Indonesia di ADU. Mereka adalah: Elsever, Aliasgar, Arzel, Leyla, Salima, Sabina dan Gulnar.

Kampus ADU sendiri sudah membuka Pusat Studi Indonesia ini sejak 2010. Pendirinya adalah Profesor Habib Zarbaliyev.

Sang profesor pernah mengenyam pendidikan sastra Indonesia di Saint Petersburg, Rusia. Di Pusat Studi Indonesia ini, para murid dapat mempelajari secara mendalam ragam budaya Indonesia, bahasa, sejarah dan lainnya.

Sesuai dengan kebijakan Kementrian Pendidikan setempat, setiap tahunnya program studi ini menerima 10 orang pelajar. Padahal antusiasme calon mahasiswanya cukup tinggi dari tahun ke tahun.

“Kajian Indonesia sudah populer di Azerbaijan,” tutur Ulviyya Khalilova, Dosen Bahasa Indonesia di ADU.

Mengapa mereka memilih mempelajari tentang Indonesia? “Sejak masih kecil saya tertarik dengan Asia Tenggara, salah satunya Indonesia,” ungkap Elsever.

Sementara sebagian lainnya menceritakan bahwa tari-tarian Indonesia adalah pintu masuk mereka untuk berkenalan lebih jauh dengan budaya Indonesia.

Aliasgar mengatakan: “Saya suka dengan Indonesia, yang paling saya sukai adalah tarian-tarian Indonesia, khususnya tarian Jawa. Setahun yang lalu saya pernah ke Indonesia, saya di sana belajar tarian Jawa, berkenalan dengan wayang dan batik. Di sana saya belajar di Mangkunegaran.”

Mereka semua memiliki harapan yang sama, yakni untuk mengunjungi Indonesia dan dapat berinteraksi dengan warga Indonesia. Sebagian pelajar ini juga berharap dapat melanjutkan jenjang pendidikan yang lebih tinggi di Indonesia atau memiliki pekerjaan yang berkaitan dengan Indonesia.

Mereka juga tahu bahwa di Indonesia ada tarian-tarian daerah yang eksotis, ada kisah tentang Pulau Dewata yang indah, populasi Muslim yang besar. Itulah hal-hal yang membuat Indonesia menarik di mata anak-anak muda Azerbaijan.

Kesulitan saat studi jelas banyak. Salah satunya adalah persoalan bahasa.

“Kami sulit mendapatkan buku-buku tentang Indonesia. Tidak ada buku-buku Indonesia yang berbahasa Azerbaijan,” ungkap Sabina. Ketika belajar etnografi Indonesia, mereka mengalami kesulitan yang sama.

“Kebanyakan kami mengakses informasi dari Internet, tapi saya berpikir hal ini baik karena mahasiswa di sini mempelajari Indonesia dengan menggunakan bahasa Indonesia,” ujar Ulviyya.

Selain itu, seperti yang kita ketahui, bahasa Indonesia sendiri memiliki bahasa yang formal dan informal. Jadi ketika berinteraksi dengan pelajar Indonesia di media sosial, mereka kerap tak paham dengan pesan yang dituliskan.

“Misalnya status Facebook, mereka menulis disingkat-singkat. Kita susah mengertinya,” kata Salima tertawa.

Jadi bagi kamu yang suka mempebarui status di sosial media, tak ada salahnya memakai bahasa dengan ejaan yang baik ya. Singkatan kata seperti ‘gw’, ‘lg’, ‘yg’, ‘dmn’, mungkin mudah dan cepat ditulis, namun jika ada orang asing yang tertarik dan baru mempelajari bahasa kita, mereka jadi sulit untuk paham.

Siapa tahu, dengan kamu berbahasa tulisan yang baik dan benar, kamu bisa berkenalan dengan anak-anak muda Azerbaijan itu.

Selain bahasa, para muda mudi Azeri ini juga sangat memahami batik Indonesia. Mereka dapat dengan cermat menjelaskan makna dan jenis setiap batik kita. Bahkan mereka terkadang lebih paham dari kita. Menarik sekali ya?

Setiap tahunnya satu per satu pelajar di sini mengikuti program beasiswa dari pemerintah Indonesia, seperti Dharmasiswa dan Beasiswa Seni dan Budaya Indonesia (BSBI).

Ketika selesai, mereka kembali ke Azerbaijan dan mengajari teman-temannya mengenai perihal yang mereka dapat selama di Indonesia. “Kami semua berharap akan memiliki peran yang penting untuk memperkuat hubungan Azerbaijan dengan Indonesia,” ujar Elsever.

Menurut keterangan yang diberikan oleh KBRI Baku, hingga kini 7 orang Azerbaijan telah menerima beasiswa Dharmasiswa sejak 2007, 14 orang telah menerima BSBI sejak 2008, 3 orang menerima beasiswa Developing Countries Partnership untuk jenjang Master sejak 2005 dan 2 diplomat Azerbaijan menerima pembekalan diplomatik di Jakarta.

“Para pelajar ADU ini adalah modal besar bagi Indonesia, terutama dalam rangka memperkenalkan kebudayaan Indonesia di Asia Tengah dan Eropa Timur,” ujar Dr. Husnan Bey Fananie, Duta Besar RI untuk Azerbaijan.

Ia mengungkapkan bahwa penduduk Indonesia di sini tidak banyak dan hampir semuanya adalah pekerja. Sehingga meskipun ingin, mereka tidak punya banyak waktu luang dan kesempatan untuk memperkenalkan budaya kita.

Bentuk dukungan terhadap pelajar ADU ini beragam, mulai dari melibatkan mereka pada berbagai kegiatan yang diselenggarakan KBRI Baku, memfasilitasi kebutuhan mereka berupa buku dan referensi lainnya, juga memberikan akses terhadap beasiswa dari kedua negara.

Pihak KBRI Baku berharap nafas pertiwi di kota angin ini dapat terus berhembus kencang, agar jalinan persaudaraan Indonesia dan Azerbaijan juga bisa semakin erat dari waktu ke waktu.

Berkat program studi Indonesia di kampus ADU ini, telah terbit beberapa kamus percakapan sehari-hari bahasa Indonesia - Azerbaijan, yang tentu memudahkan kita dalam menjalani keseharian di negeri Laut Kaspia ini. Diharapkan di masa depan, para pelajar ini dapat terus aktif menulis buku tentang Azerbaijan dalam bahasa Indonesia dan sebaliknya. (ded/ded)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER