Bertemu Petani yang Menjadi Guru untuk Si Tuli Bisu

Deddy Sinaga | CNN Indonesia
Senin, 09 Mei 2016 17:18 WIB
Lebih dari 40 warga Desa Bengkala di Buleleng, Bali, mengalami bisu tuli. Tapi mereka punya guru yang setia mengajari mereka. Siapa dia?
Ketut Kanta (Dok. Edo Hary Purnawan)
Buleleng, CNN Indonesia -- Bertani adalah kesehariannya untuk bertahan hidup, sedangkan menjadi guru menenangkan bathinnya saat mengemban tugas yang diberikan. Nampaknya itu yang dirasakan sosok pria paruh baya ini. Namanya sangat dikenal, khususnya bagi para penyandang tuli bisu baik tua maupun muda di Desa Bengkala, Buleleng Bali.

Saat saya memasuki Desa Bengkala, semuanya tampak seperti desa kebanyakan di Bali. Yang membedakan adalah, banyak dari warga disini menderita tuli bisu sejak lahir. Kaum disabilitas di desa ini disebut dengan nama Kolok. Kini sudah ada sekitar 40 orang lebih warganya, yang Kolok. Isunya warga Kolok di desa ini tidak melulu tinggal di rumah. Mereka juga bekerja, sama halnya seperti orang normal lainnya.

Saya yang penasaran pun berusaha mencari sosok guru bagi warga Kolok di desa ini. Rasa ingin tahu tentang siapa sebenarnya yang mengajari mereka menjadi semakin besar, setelah saya melihat aktifitas warga Kolok di lingkungan desa.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sempat, saat saya memasuki desa melihat dua orang tuna wicara sedang asik mengaduk semen untuk membangun sebuah rumah. Ya, ternyata ada juga dari mereka yang berprofesi sebagai petani, pedagang, bahkan seniman.

Uniknya di desa ini, ada Sekolah Dasar yang menerima siswa penyandang tuli bisu. Warga tak mampu yang memiliki anak Kolok bisa menyekolahkan anaknya, tanpa harus ke kota untuk mencari Sekolah Luar Biasa (SLB). Di SDN 2 Bengkala inilah saya bertemu dengan Ketut Kanta. Petani paruh baya berumur 59 tahun, yang mengabdikan diri untuk menjadi guru dan mengajarkan semua mata pelajaran, bagi murid penyandang disabilitas.

“Saya membina anak karena masyarakat Kolok di Desa Bengkala dulunya, tidak pernah mengenyam pendidikan. Saya ingin anak tuli bisu yang usia sekolah bisa baca tulis”, Kalimat itu diucapkan Ketut Kanta, seolah dengan keteguhan hati dan optimisme untuk bisa menjadikan murid tuli bisu, sebagai generasi penerus bangsa.

Saya pun tertarik untuk melihat metode apa yang dipakai Si Petani untuk mengajari muridnya itu. Ternyata Kanta sangat telaten membekali ilmu pelajaran, kepada muridnya. Cara ia memberikan pemahaman, gerak tangan yang di gunakan, ternyata sangat menyenangkan dan membuat betah murid Kolok di kelas. Ia bisa menggunakan dua metode; pertama cara konfensional, dan yang kedua metode pengkodean huruf dan angka dengan jari atau lebih dikenal dengan American Sign Language (ASL).

“Bahasa kolok disinikan umumnya kan apa yang ditemui dialam. Contoh sapi dia kan bertanduk, terus ayam berkokok”, ungkap Kanta sambil menggerakkan tangan membentuk tanduk sapi dikepalanya, lalu membentuk jari tangannya menyerupai kepala ayam.

“Anak-anak disekolah ini, juga sudah mengenal pengkodean huruf dan angka dengan jari”, pungkasnya.

Kanta, sudah mengabdi sejak tahun 2007. Olehnya, sudah banyak siswa tuli bisu yang lulus dan melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. Keinginannya untuk selalu sehat, agar terus mengajar disekolah memberi pelajaran yang berarti bagi saya. Tak hanya menemukan sosok yang menginspirasi, pria yang murah senyum ini juga mengilhami saya untuk terus berbagi ilmu bagi setiap orang yang membutuhkan.

Semangatlah mengabdi, Pak Ketut Kanta. Gerak Jari tangan mu yang mengartikan semua ilmu, dan menjadikan mereka tak terpuruk dalam kekurangan. Murid-murid mu kelak, akan menjadi teratai yang indah dan mengharumkan bumi pertiwi. #LombaMenulisHardiknas (ded/ded)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER