Pontianak, CNN Indonesia -- Belajar merupakan kebutuhan pokok siswa. Namun, kondisi pembelajaran juga sangat menentukan hasil belajar. Jika metode dan media yang digunakan salah, sudah tentu akan berpengaruh terhadap keinginan belajar siswa ke depannya. Pemilihan bahan ajar harus memperhatikan kondisi dan situasi siswa sehingga indikator pembelajaran dapat tercapai dengan baik.
Bahan ajar bukanlah soal keseriusan yang sepenuhnya menuntut siswa untuk menjadi kemauan seorang guru sehingga mengabaikan sisi dari psikologis siswa yang bisa saja lebih senang bermain dan bercanda. Misalnya, guru terfokus dengan prinsip yang dipegang teguh oleh Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang diadopsi dari tahun ke tahun. Kemudian, anak tidak menyenanginya. Maka akan percuma pembelajaran tersebut, karena tanpa ketertarikan pembelajaran dilanjutkan. Seharusnya pembelajaran diisi dengan hal-hal yang menarik, dialog interaktif, diakhiri dengan kontemplatif namun tidak menghilangkan esensi dari kurikulum yang berlaku.
Menarik Pembelajaran yang menarik akan meningkatkan keinginan belajar. Siapapun itu, di manapun itu. Belajar teoritis akan sangat membosankan dan menjenuhkan. Semangat belajar menjadi berkurang karena terkesan dengan rutinitas yang terkesan monoton. Namun, jika diisi dengan menonton video dokumenter, atau berpraktik secara langsung. Semangat siswa dalam belajar akan meningkat. Kebenaran atau keilmiahan teori akan terbukti menggunakan media yang demikian sehingga siswa lebih terpacu untuk belajar.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Interaktif Ajak siswa bicara, jangan guru yang mendominasi komunikasi. Keaktifan guru dalam mendominasi komunikasi yang kadang memicu siswa berkurang gairah belajarnya. Berikan peluang yang besar kepada siswa untuk mengemukakan pendapatnya. Sehingga ketika muncul “ketakutan” dalam mempresentasikan hasil belajar dan diskusi siswa, guru tidak takut lagi akan ada subjektivisme ketakutan tersebut. Siswa akan lebih leluasa dalam belajar dan guru akan menilai secara objektif kemampuan siswa.
Kontekstual Bicara soal kereta api, namun siswa tidak pernah menumpangi bahkan melihatnya, tentu akan memunculkan masalah baru dalam belajar. Hal tersebut tidak sesuai dengan konteks belajar siswa. Maka, akan “ribet” dalam pelaksanaan pembelajaran apalagi jika disertai dengan teori yang membuat siswa hanya mampu membayangkan. Seharusnya belajar yang demikian dilakukan dengan cara siswa menyaksikan secara langsung objek yang dipelajari.
Kontemplatif Kontemplatif merupakan proses akhir yaitu, perenungan untuk melihat bagaimana jalannya pembelajaran. Siswa diajak untuk merenungkan proses belajar mengajar, ketercapaian pengetahuan, dan etika dalam belajar. Perenungan akan membawa siswa lebih memahami secara penuh apa yang didapat dan apa yang dilaluinya selama belajar. Hal ini tentu akan memicu siswa untuk lebih memahami arti penting dari belajar. #LombaMenulisHardiknas
(ded/ded)