Jakarta, CNN Indonesia -- Wacana Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy menuai banyak tanggapan. Guru-guru merasa bingung dengan wacana menteri baru ini, selain dianggap terburu-buru. Paling tidak, seperti yang disampaikan beberapa guru yang dihubungi CNN Student, Selasa (9/8) kemarin.
Yoanita Pusparani, adalah seorang guru di SMP Lab School Jakarta mengaku bingung karena belum ada detail yang disampaikan mengenai kebijakan itu. “Full day school macam apa? Jam berapa hingga jam berapa? Programnya akan seperti apa? Dan untuk rentang usia berapa?” kata Yoanita penuh pertanyaan.
Dia menyarankan, sebaiknya pemerintah berkonsultasi dengan orang yang memahami perkembangan anak. Ini agar sistem pendidikan dapat disesuaikan dengan kebutuhan anak sesuai dengan usianya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hal senada juga disampaikan oleh Kepala Sekolah Alam Cikeas, Fadhil. Di sekolahnya ini memberlakuakn sistem jam pelajaran yang disesuaikan dengan tingkat pendidikannya. Jam pelajaran akan semakin panjang dengan semakin meningkatnya tingkat pendidikan.
Fadhil menjelaskan bahwa apa yang disampaikan Mendikbud masihlah sebuah wacana. Maka harus dikaji dari akar hingga tujuan pencapaiannya. Pun jika ingin dilaksanakan maka harus melakukan riset mendalam.
Waluyo Utomo, guru SMPN 1 Karanggayam di Kabupaten Jawa Tengah, Kebumen, dengan tegas menyatakan tidak setuju. Pertama, kata dia, kemampuan fisik setiap anak tidak sama. Yang kedua, kemampuan yang lain juga tidak sama.
“Yang ketiga, anak itu butuh bermain butuh istirahat anak itu butuh sosialisasi yang lain termasuk butuh ngaji dan seterusnya. Yang ke empat, Kalau alasannya kemarin saya lihat di tv sekaligus bagi orang tua yang sibuk jadi seolah-olah penitipan anak,” ujarnya.
Menurutnya, kebijakan itu lebih cocok di kota besar. “Tapi kan tidak setiap masyarakat di kota gede juga bertingkat. Mungkin itu bagi kaum jetset yang lupa akan keluarga,” tuturnya.
Alasan lain, menurut pengalamannya mengajar di SMK, ketika jam 2 siang guru dan murid sudah kerepotan. Dan hasilnya menjadi tidak maksimal. Apalagi jika diterapkan di SD dan SMP.
Utomo juga menilai akan sangat tidak cocok jika wacana ini jadi diterapkan di daerah kampung dan pedesaan. Utomo menyarankan lebih baik menyempurnakan sistem pendidikan yang sudah ada dengan ciri khas ke-Indonesiaannya. Yaitu adanya etika, kecerdasan, religius, dan gotong royong.
(ded/ded)