Jakarta, CNN Indonesia -- Noda pada kulit wajah dengan nama ilmiah vleklspruten ini memang sering mengganggu. Biasanya noda hitam ini terdapat di wajah dan juga bagian tubuh lainnya. Seperti punggung, tangan, bahu, serta dada.
Penyebab pada umumnya adalah faktor genetis, sinar matahari, penambahan usia, perubahan hormon faktor genetis atau faktor lainnya.
Yuk lebih dekat mengenal noda hitam ini:
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Faktor Genetis (keturunan)
Pada umumnya, ini dialami oleh orang berkulit terang. Semakin terang atau pucat warna kulitnya, makin besar kemungkinan timbulnya bintik-bintik di kulit mata serta rambut.
Faktor Sinar Matahari
Sinar matahari dapat menyebabkan timbulnya bintik atau noda pada kulit. Ini adalah reaksi dari pigmen kulit yang terpapar matahari.
Selain memberi warna pada kulit dan tubuh, sel pigmen ini juga berfungsi untuk melindungi kulit terhadap sinar ultraviolet matahari. Orang berkulit terang sangat rentan terhadap bintik atau noda dari matahari.
Untuk orang berkulit gelap, walau kadar pigmennya tinggi, bukan berarti tidak dapat timbul noda/bintik di kulitnya.
Bagaimana cara mencegahnya? Kamu bisa menggunakan krim tabir surya dengan kadar sun protection factor (SPF) minimal SPF 15. Pilih tabir surya dengan jangkauan luas atau broad spectrum yang mampu menangkal sinar ultraviolet A dan B. Tambahkan perlindungan dengan menggunakan baju lengan panjang untuk menangkal sinar matahari.
Faktor Penambahan Usia
Bintik pada kulit juga terjadi ketika usia bertambah. Lazimnya disebut age-spot. Hal ini terjadi karena adanya reaksi kulit, akumulasi terpaan sinar matahari serta proses penuaan. Umumnya sangat terlihat pada bagian wajah dan tangan.
Bintik yang disebabkan penuaan alami tidak bisa dicegah. Tetapi, jika rajin menggunakan tabir surya, maka akan sangat membantu untuk mengurangi kemungkinan meluasnya bintik noda ini.
Perubahan Hormon
Perubahan hormon juga menjadi penyebab timbulnya noda pada kulit sekitar pipi, dahi, serta mata. Dalam istilah medis disebut melasma. Perubahan hormonal pada wanita umumnya terjadi pada masa kehamilan, menstruasi, dan ketika menjalani terapi pengobatan tertentu. Misalnya kemoterapi, terapi hormonal, atau HRT.
Biasanya kondisi ini akan hilang dengan sendirinya ketika penyebabnya berhenti. Misalnya saat selesai melahirkan, selesai menstruasi atau selesai pengobatan.
(rkh/rkh)