Jakarta, CNN Indonesia -- Daerah yang jelas-jelas melarang Pekerjaan Rumah (PR) bagi siswa adalah Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat. Apa sebetulnya dampak negatif PR?
Seorang peneliti bernama Harris Cooper melakukan penelitian terhadap PR selama 25 tahun dan dia menyimpulkan bahwa PR bisa menghancurkan siswa SD.
Lalu ada peneliti lain, Profesor Etta Kralovec dari Universitas Arizona, yang mengatakan PR memang memiliki manfaat signifikan bagi siswa SMA. Tapi manfaatnya menurun pada siswa SMP dan sama sekali tak bermanfaat bagi siswa SD.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dari penelitian keduanya, berikut adalah beberapa alasan mengapa PR dianggap tak ada manfaatnya bagi siswa SD, seperti dilansir dari Lifehack.org:
1. PR dapat membuat efek buruk pada sifat anak terhadap sekolah.
Anak SD baru saja mengawali masa sekolah, mereka masih akan menghabiskan banyak waktu ke depan. Hal yang harus dilakukan guru adalah membuat mereka mau terus atang ke sekolah. Oleh karena itu siswa seharusnya mendapat pendidikan yang dikemas menyenangkan.
2. PR yang terlalu dini dapat merusak hubungan dalam jangka panjang.
Ketika PR dimaksudkan untuk mempererat hubungan antar orangtua dan anak, dan orangtua terlibat dalam pendidikan anak, pada anak SD justru hasil sebaliknyalah yang didapatkan. Pada usia itu, anak-anak perlu diingatkan oleh orangtuanya untuk mengerjakan PR. Setelah seharian bersekolah, sesuatu yang mengandung kata “pekerjaan” bukanlah sesuatu yang diinginkan oleh anak sebelum pergi tidur. Hal ini kerap berakhir dengan cekcok anak dengan orangtua. Anak menolak dan orangtua terus memaksa anak mengerjakan PR.
3. PR tidak memberikan anak rasa bertanggungjawab.
Mereka yang mendukung pemberian PR akan mengatakan bahwa PR harian akan membantu anak menjadi lebih bertanggung jaawab, tapi ini hanya benar terjadi pada usia yang lebih matang. Ketika orangtua harus mengingatkan anak untuk mengerjakan PR, tujuan untuk melatih anak bertanggung jawab benar-benar memudar.
4. PR menyisakan sedikit waktu anak untuk benar-benar menjadi anak-anak.
Menurut sebuah artikel berjudul The Tyranny of Homework: 20 Reasons Why You Shouldn’t Assign Homework Over The Holidays, yang disusun oleh Open Colleges, banyak anak tidak mendapat cukup waktu untuk berolahraga.
Semua pelajar, khususnya yang berusia muda, sebaiknya menghabiskan sore hari serta masa liburannya untuk lebih banyak melakukan aktivitas fisik, bermain di luar, dan berpartisipasi pada olahraga bersama teman-temannya. Baik guru dan orangtua dapat mendorong anak-anak untuk melakukan kegiatan-kegiatan ini lebih sering.
5. Anak perlu beristirahat agar produktif di sekolah.
Masalah lain dari PR untuk anak SD adalah, seringkali waktu mengerjakan PR akan menyita waktu tidur si anak. Rata-rata anak memerlukan waktu tidur 10 jam per hari. Agar anak bisa 100 persen fit sekolah esok hari, mereka harus mendapat istirahat yang layak.
(ded/ded)