Jakarta, CNN Indonesia -- Seni mendalang adalah memainkan sebuah cerita menggunakan tokoh-tokoh wayang. Siapa mengira, anak-anak kecil yang bisa memainkan seni ini ternyata bisa meningkatkan memori otak mereka.
Begitu hasil penelitian Sang Ayu Prischa Astarina dan Ni Kadek Ayunda Sarini Dewi, dua siswi kelas 12 SMA Negeri 4 Denpasar.
Awal mula yang mendasari penelitian ini adalah saat Ayunda melihat pertunjukkan wayang cilik untuk pertama kalinya. Ia terkagum dengan dalang cilik yang memainkan wayang. Untuk satu pementasan saja bisa mencapai 3 jam.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Saat mendalang, dalang cilik ini menggunakan hampir seluruh anggota tubuhnya. Otaknya terus bekerja mengingat cerita, mengeluarkan suara yang berbeda tiap karakter, tangan yang terus aktif terampil memainkan wayang, dan kaki yang juga tak absen bergerak memainkan alat musik.
Hal itu membuat Ayunda menduga bahwa kegiatan mendalang ini dapat bermanfaat bagi memori otak anak.
Seperti yang kita tahu terdapat dua macam memori yaitu, memori jangka pendek dan memori jangka panjang. Dari situlah kedua siswi ini mulai melakukan penelitian.
Mereka terlebih dahulu berkonsultasi kepada psikolog untuk menemukan metode yang paling tepat. Akhirnya dipilih tes psikologi.
Yang menjadi objek penelitiannya adalah para dalang cilik di Sanggar Gita Mahardika dan juga anak-anak yang bukan pendalang dari SD Cipta Dharma dan SD Peguyangan.
Mereka melakukan tes pada para dalang cilik itu bahkan tak hanya sekali. Mereka melakukan 3 kali tes validitas.
Penelitian ini menyimpulkan bahwa kegiatan mendalang berpengaruh pada memori jangka pendek. Anak yang menjadi dalang memiliki memori jangka pendek yang lebih bagus. Sedangkan memori jangka panjang sama sekali tak berpengaruh, baik pada anak pendalang maupun non-pendalang.
Kedua siswi ini berharap kegiatan mendalang semacam ini dapat dijadikan ekstrakurikuler di sekolah-sekolah. Dan mereka juga ingin generasi muda mengembangkan kebudayaan bukan hanya di bidang intelektual tapi juga di sosial, budaya, dan juga spiritual.
Penelitian ini masuk menjadi finalis kompetisi Lomba Karya Ilmiah Remaja (LKIR) yang diselenggarakan oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia atau LIPI. Penelitian ini masuk dalam kategori Ilmu Pengetahuan Sosial dan Kemanusiaan (IPSK).
(ded/ded)