Kopi Nikmat Tanpa Kafein Berkat Siswa SMA Banyuasin Ini

Agnes Winastiti | CNN Indonesia
Kamis, 06 Okt 2016 09:56 WIB
Siswa SMA Negeri 2 Plus di Banyuasin, Sumsel, berhasil membuat alat yang dapat mengurangi kadar kafein pada kopi tapi tak mengurangi nikmatnya.
Banjar Darmawan, Finalis LKIR 2016 dari Banyuasin, Sumatera Selatan. Dia membuat alat penurun kadar kafein dalam kopi. (CNN Indonesia/Agnes Winastiti)
Jakarta, CNN Indonesia -- Kamu pecinta kopi? Mengkonsumsi kopi memang sangat nikmat, namun jika terlalu banyak mengkonsumsi kopi tak sehat lho. Ini terkait dampak kafein pada kesehatan tubuh kita.

Tapi mungkin kalau karya Banjar Darmawan ini jadi produk massal, kamu mungkin tak bakalan takut pada kafein. Soalnya, siswa SMA Negeri 2 Plus di Banyuasin, Sumatera Selatan ini, berhasil membuat alat yang dapat mengurangi kadar kafein pada kopi tapi tak mengurangi nikmatnya.

Alat ciptaannya, Dekafeinasi, diperkenalkan di Lomba Karya Ilmiah Remaja ke-48 yang diselenggarakan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) beberapa waktu lalu.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

“Pengaruh buruk terhadap kesehatan yang ditimbulkan oleh kafein pada kopi menjadi alasan yang mendasar dalam alat dekafeinasi untuk mengurangi dosis kafein pada kopi sampai batas aman dengan dosis 100-200 mg per hari,” ujar Banjar kepada CNN Student di Gedung LIPI Jakarta.

Bagaimana alat itu bekerja? Banjar menjelaskan, pertama-tama masukkan air sebanyak 4 liter ke dalam ekstraktor, setelah itu dipanaskan sampai mencapai suhu 80 derajat celcius. Kemudian masukkan 500 gram biji kopi robusta. Pompa dinyalakan agar air bersirkulasi melewati filter 1 dan filter 2 dan kembali ke ekstraktor.

Proses ini memakan waktu 8 jam. Adapun alat-alat yang digunakan adalah, ekstraktor, pompa, selang, keran, 2 buah filter (filter karbon aktif).

Banjar senang dapat mengikuti lomba karya ilmiah remaja ini karena saat pendaftaran ada 800 peserta yang mengirim proposal, yang terpilih hanya 29 finalis untuk penganugerahan LKIR 2016 termasuk dirinya.

Banjar juga berharap pemerintah dapat menindaklanjuti karya ilmiah yang dihasilkannya, karena Sumatera Selatan merupakan daerah penghasil kopi terbesar ketiga di Indonesia. Banjar juga mengaku mendapat dukungan penuh dari pihak sekolah, dan dukungan saran dari pemerintah daerah ia dapati.

Menurut banjar, menang dalam berkompetensi hanyalah bonus, yang penting adalah kembangkan ide dan kreatif serta jiwa anak muda yang tidak menyerah sehingga mampu berkarya lebih baik dan lebih banyak lagi. Dirinya mengaku tidak kecewa tak memenangkan LKIR 2016 ini.

“Meskipun saya tidak menang dalam lomba LKIR ini, saya sebagai anak muda harus berjiwa besar, kalah ya coba lagi, jangan pantang menyerah,” kata Banjar bersemangat.
Alat pengekstraksi kafein buatan Banjar. (CNN Indonesia/Agnes Winastiti)
(ded/ded)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER