Ketika Anak Madrasah Getol Melakukan Riset Ilmiah

Fitri Chaeroni | CNN Indonesia
Jumat, 07 Okt 2016 07:20 WIB
Siapa bilang sekolah madrasah hanya fokus pada pendidikan agama. Madrasah Aliyah Negeri 2 di Kudus ini malah jadi sekolah berbasis riset penuh prestasi.
Aktivitas siswa MAN 2 Kudus, sekolah berbasis riset. (Dok. Istimewa)
Jakarta, CNN Indonesia -- Pernah mendengar soal berbasis riset? Hmm.. masih tidak pupuler memang karena Kementerian Pendidikan sendiri juga belum memiliki regulasi atau aturan khusus yang mengatur tentang sekolah berbasis riset.

Tapi berbeda dengan Madrasah Aliyah Negeri 2 Kudus di Jawa Tengah. Mereka dengan percaya diri menyatakan dirinya sebagai Madrasah Berbasis Riset, seperti diungkapkan oleh Muhammad Miftakhul Falah, guru MAN 2 Kudus, kepada CNN Student baru-baru ini.

Miftakhul adalah sosok yang berperan sebagai ketua pengembangan program sekolah berbasis riset ini.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Awal Mula Tercetus Sekolah Berbasis Riset

Madrasah ini sendiri sebetulnya berdiri di bawah naungan Kementerian Agama. Kementerian ini punya regulasi tentang madrasah berbasis riset. Ide awal pengembangan riset di MAN 2 Kudus muncul pada tahun 2010. Kala itu banyak guru yang baru saja menyelesaikan pendidikan S2 mereka di berbagai keilmuan murni.

Para guru mulai merumuskan ide untuk mengembangkan madrasah dari segi penelitian dan risetnya. Apalagi dengan didukung sumber daya guru yang cukup mumpuni di bidangnya.

Mulai 2011, MAN 2 Kudus mulai melakukan langkah nyata. Dengan mengirimkan berbagai karya ilmiah ke perlombaan yang diadakan oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Dan hasilnya tak mengecewakan. Mereka berhasil menjadi finalis tingkat nasional.

Lalu pada tahun 2012 MAN 2 Kudus mengikuti perlombaan untuk kategori Sekolah Berbasis Riset, dan memenangkan juara pertama. Mulai dari situ MAN 2 Kudus mendapat legalisasi dan dikukuhkan oleh Kementerian Agama menjadi Madrasah Berbasis Riset.

Apa bedanya dengan sekolah biasa?

Perbedaan bisa dilihat dari kurikulumnya. Di MAN 2 Kudus ada satu mata pelajaran khusus yaitu Penelitian. Pelajaran ini diberikan pada semua tingkatan siswa dan di semua jurusan.

Setiap minggunya, ada 2 jam khusus untuk pelajaran penelitian. Jadi di madrasah ini, penelitian menjadi kegiatan intrakurikuler. Kalau di sekolah biasa, biasanya kegiatan penelitian atau ilmiah hanya menjadi kegiatan ekstrakurikuler, seperti ekskul KIR (Karya Ilmiah Remaja).

Jadi di mata pelajaran ini siswa akan diajarkan mulai dari mencari ide penelitian, metode penelitian, pengambilan data, pengolahan data, analisis data, menganalisis jurnal internasional, dan lain-lain.

Ada yang unik lagi lho. Saat duduk di kelas 10 semua siswa akan diberikan tugas untuk membuat produk inovatif. Kenapa membuat produk? Karena ketika kelas 10 kemampuan menulis siswa yang notabene baru lulus SMP belum terlalu baik. Jadi yang dimanfaatkan adalah ide kreatif anak didik.

Ketika kelas 11 barulah mereka diberikan tugas yang lebih ilmiah, yaitu membuat proposal penelitian. Yang pastinya dalam bentuk karya tulis.

Sedangkan untuk kelas 12 mereka akan diberikan kebebasan untuk memilih. Apa akan meneruskan penelitian mereka atau tidak. Itu karena ketika kelas 12 mereka harus fokus ke Ujian Nasional dan ujian masuk perguruan tinggi.

Nantinya tiap akhir semester akan diadakan evaluasi proposal, namanya Uji Karya. Hasil proposal dan penelitian siswa akan diuji oleh beberapa guru dan disaksikan langsung oleh teman-temannya. Uji Karya ini layaknya sidang terbuka di perguruan tinggi, dan dilakukan di auditorium sekolah. Menurut Falah, ini adalah salah satu bentuk untuk menguji mental anak didik.
Siswa MAN 2 Kudus sedang melakukan penelitian (Dok. Istimewa)
(ded/ded)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER