Jakarta, CNN Indonesia -- Di dalam ekologi dikenal adanya zona
nival, yaitu zona yang berada di kawasan yang berada di ketinggian lebih dari 3.000 meter. Di Indonesia, zona ini hanya ada di Papua.
Ya terang saja. Soalnya zona
nival biasanya tidak memiliki tutupan vegetasi terus menerus sebab sebagian besar kawasannya ditutupi salju. Nah, di Indonesia, salju di puncak gunung hanya ada di Papua.
Vegetasi dan fauna di zona
nival sangat sedikit dan tidak terlalu beragam. Ini adalah habitat tempat sementara dari beberapa burung.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain itu pula ditandai dengan vegetasi yang hidup di bebatuan dan kerikil dengan beberapa daerah padang rumput terus menerus. Tanaman hidup di sini tumbuh dalam kondisi eksposur yang tinggi terhadap sinar matahari dan tidak dapat bertahan hidup di populasi yang padat.
Anehnya, meskipun kondisi sangat tidak menguntungkan, ada lebih dari 100 spesies tanaman berbunga di zona
nival.
Di antaranya, yang tenar dan hampir identik di pegunungan Alpen adalah
Glacier Crowfoot atau
Buttercup (
Ranunculus glacialis). Ia bahkan hidup di zona salju permanen dan lapisan es.
Tumbuhan mikroskopis ini terlihat sebagai bercak merah muda di salju (
Blutschnee) dan dapat dianggap berasal populasi massal alga salju atau
Chlamydomonas nivalis.
Spesies yang paling sulit tumbuh dan paling tahan di zona
nival adalah spesies-spesies lumut yang merupakan organisme simbiotik, terdiri dari ganggang dan jamur. Lumut tertentu mungkin setua 10.000 tahun karena mereka berasal dari zaman es terakhir.
Mereka tumbuh di atas batu telanjang dan pertumbuhannya hanya beberapa milimeter setiap tahun. Untuk bertahan hidup di suhu rendah, mereka butuh air, udara, dan matahari.
Untuk mendapatkan kebutuhannya, lumut ini mengakuisisi air dan karbon dioksida dari udara. Di lembah Ötz,
peta Lichen alias
Rhizocarpon geograficum adalah pemandangan yang mengesankan.
(ded/ded)