Jakarta, CNN Indonesia -- Anak lahir dalam keadaan fitrah. Keluarga dan lingkungan anaklah yang mempengaruhi dan membentuk kepribadian, perilaku, dan kecenderungannya sesuai dengan bakat yang ada dalam dirinya.
Tetapi pengaruh yang kuat dan cukup langgeng adalah kejadian dan pengalaman pada masa kecil sang anak yang tumbuh dari suasana keluarga yang ia tempati. Pada masa sekarang ini, pengaruh keluarga mulai melemah dikarenakan perubahan sosial, politik, dan budaya yang terjadi.
Keadaan ini memiliki andil yang besar terhadap terbebasnya anak dari kekuasaan orangtua. Keluarga telah kehilangan fungsinya dalam pendidikan. Berdasarkan kenyataan ini, maka tak syak lagi lingkungan keluarga memiliki peranan yang besar dalam mendidik dan mempengaruhi anak-anak.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di samping itu, perlu juga adanya penyadaran yang benar pada anak-anak akan peranan orangtua pada usia-usia awal dalam kehidupannya, sehingga menjadikan anak-anak terpengaruh.
Al-Ghazali sangat yakin bahwa pendidikan mampu mengubah perangai dan membina budi pekerti. Pada berbagai kesempatan dalam karyanya ia menyatakan, pendidikan tiada lain adalah: proses yang saling mempengaruhi antara fitrah manusia dengan lingkungan yang mengelilinginya.
Orangtua sangat berpengaruh terhadap pendidikan anak. Sebab orangtua merupakan guru pertama dan utama bagi anak, sekaligus sebagai pondasi bagi pengembangan pribadi anak. Orangtua yang mampu menyadari akan peran dan fungsinya yang demikian strategis, akan mampu menempatkan diri secara lebih tepat. Demikian juga sebaliknya.
Pendidikan Islam merupakan pendidikan yang mengembangkan individu dalam segala aspeknya. Satu aspek tidak boleh mendominasi aspek lainnya. Oleh sebab itu pendidikan Islam diharapkan melahirkan kepribadian yang seimbang, dengan syarat pendidikan dapat mengembangkan secara menyeluruh. Melalui pendidikan terbentuklah kepribadian seseorang. Boleh dikatakan hampir seluruh kelakuan individu bertalian dengan atau dipengaruhi oleh orang lain. Maka karena itu kepribadian pada hakekatnya gejala sosial.
Pembentukan kepribadian terjadi dalam masa yang panjang, mulai sejak dalam kandungan sampai umur laki-laki 21 tahun. Pembentukan kepribadian berkaitan erat dengan pembinaan iman dan akhlak. Secara umum para pakar kejiwaan berpendapat, bahwa kepribadian merupakan suatu mekanisme yang mengendalikan dan mengarahkan sikap dan perilaku seseorang.
Kepribadian terbentuk melalui semua pengalaman dan nilai-nilai yang diserapnya dalam perkembangannya, terutama pada tahun-tahun pertama dari umurnya. Apabila nilai-nilai agama banyak masuk ke dalam pembentukan kepribadian seseorang, maka tingkah laku orang tersebut akan banyak diarahkan dan dikendalikan oleh nilai-nilai agama.
Di sinilah letak pentingnya pengalaman dan pendidikan agama pada masa pertumbuhan dan perkembangan seseorang.
Pendidikan agama berkaitan rapat dengan pendidikan akhlak. Tidak berlebih-lebihan kalau kita katakan bahwa pendidikan akhlak dalam pengertian Islam adalah kajian yang tidak dapat dipisahkan dari pendidikan agama. Islam memiliki perhatian khusus terhadap pembentukan akhlak dan kepribadian anak, serta tatacara (etiquette) bergaul dan berinteraksi dengan masyarakat yang islami.
Ini penting untuk diajarkan dan ditanamkan dalam kepribadian anak agar mereka bisa bergaul dengan masyarakat sekitarnya dengan pergaulan yang baik dan wajar (layaknya manusia sempurna dan memiliki pengetahuan).
(ded/ded)