Perdebatan Soal Bentuk Bumi

CNN Indonesia
Selasa, 10 Jan 2017 18:08 WIB
Hari-hari ini perdebatan soal apakah bumi itu bulat atau datar kembali mengemuka, setidaknya di ranah dunia maya.
Foto: REUTERS/NASA
Jakarta, CNN Indonesia -- Hari-hari ini perdebatan soal apakah Bumi itu bulat atau datar kembali mengemuka, setidaknya di ranah dunia maya. Ini perdebatan yang sudah berlangsung ribuan tahun sebetulnya.

Pada 2.500 tahun lalu filsuf seperti Thales, Demoritus dan Anaximander percaya bahwa Bumi itu datar. Mereka berhipotesis bahwa Bumi adalah sebuah silinder pendek datar, atasnya melingkar yang tetap stabil karena itu adalah jarak yang sama dari segala sesuatu.

Tapi mereka masih bertanya-tanya apakah bumi itu datar dan naik di udara. Atau, Bumi itu datar dengan sisi atasnya menyentuh udara dan sisi bawah luas tanpa batas.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kepercayaan Bumi datar ini terus diyakini sampai filsuf Yunani seperti Aristoteles dan Socrates mengusulkan sesuatu yang baru.

Aristoteles adalah orang pertama yang melihat bahwa "Ada bintang terlihat di Mesir yang tidak terlihat di daerah utara." Ini hanya bisa terjadi pada permukaan melengkung. Ia lalu berhipotesis bahwa Bumi adalah sebuah bola.

Dia juga yang pertama untuk mengamati bahwa bayangan Bumi di Bulan selama gerhana Bulan bentuknya bulat.

Pada abad pertengahan seorang sarjana bernama Biruni menggunakan metode baru untuk secara akurat menghitung keliling bumi untuk pertama kalinya. Metode Biruni menggunakan perhitungan trigonometri untuk menghitung kelengkungan Bumi.

Setelah penemuan ukuran Bumi, datanglah bukti pengamatan Bumi sebagai sebuah ‘bola’, melalui cara berkeliling dunia.

Ferdinand Magellan, seorang penjelajah Portugis, memimpin armada kapal terus menerus di seluruh dunia di tahun 1500-an. Dia membuktikan bahwa Bumi memang bulat.

Jelas, ada banyak lagi cerita, termasuk ratusan tahun kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang menyatakan bahwa Bumi itu bulat.
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER