Jakarta, CNN Indonesia -- Puncak Everest di Nepal merupakan puncak tertinggi di dunia dengan ketinggian 8.848 meter di atas permukaan air laut. Tapi benarkah ketinggian puncak Everest menyusut?
Para ilmuwan di India kini tengah mempersiapkan sebuah ekspedisi menuju puncak Everest untuk mengetahui apakah gempa besar yang terjadi di Nepal pada 2015 tahun lalu benar-benar mempengaruhi puncak Everest.
Perjalanan ini akan dimulai dua bulan lagi, dan dijadwalkan selesai dalam satu bulan untuk menyelesaikan, dengan tambahan dua minggu untuk analisis data.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Setelah gempa berkekuatan 7,8 skala Richter yang mengguncang Nepal pada April 2015 lalu, di ibukota Kathmandu permukaan tanahnya naik satu meter sedangkan dari pantauan satelit puncak Everest menjadi 1 inchi alias 2.54 centimeter lebih rendah.
Temuan itu kontroversial karena kebijaksanaan konvensional menyatakan bahwa gempa yang mendorong bumi ke permukaan ketika dua lempeng tektonik bertabrakan seharusnya membentuk pegunungan, kata John Elliott seorang ahli geofisika di University of Leeds di Inggris.
Untuk melihat apakah gunung lain di wilayah tersebut juga kehilangan beberapa ketinggian, John dan rekan-rekannya menggunakan citra satelit untuk mengukur perpindahan pegunungan yang berada dekat ke Kathmandu, yaitu sekitar 100 mil (160 km) dari Gunung Everest. Jelas bahwa gempa telah memberikan dampak tertentu.
"Apa yang telah kami tunjukkan telah dikuatkan, gempa telah menyusutkan puncak gunung tertinggi. Tapi justru gunung kecil mengalami kenaikan" kata John.
Jika Everest lebih dekat dengan pusat gempa, efek menyusut akan lebih jelas. "Karena Everest jauh, kita tidak bisa meyakinkan mengatakan bahwa puncak mengalami penurunan, itu terdapat dalam kesalahan pengukuran kami," John menambahkan.
Kini para pensurvey akan melakukan pengukuran dengan dua metode. Pertama, tim berencana untuk menempatkan perangkat GPS di puncak dan merekam jarak antara puncak dan permukaan laut. Kedua, tim akan menggunakan metode triangulasi, pada dasarnya menggambar garis pangkal antara dua titik di permukaan bumi di dasar gunung, dan kemudian menggunakan sudut antara garis dan puncak untuk menentukan ketinggian.
(ded/ded)