Jakarta, CNN Indonesia -- Gelombang besar baru-baru ini terlihat di bagian atas atmosfer Planet Venus. Hal itu membingungkan para ilmuwan karena gelombang itu berada di atas permukaan planet. Biasanya awan di wilayah itu bergerak di sekitar 328 kaki per detik. Sedangkan gelombang ini stasioner dibandingkan dengan rotasi planet.
Penemuan baru menunjukkan bahwa gelombang tercipta di atmosfer yang lebih rendah ketika mengalir di atas gunung, yang mirip dengan fenomena di Bumi disebut "gelombang gravitasi”.
"Meskipun tidak jelas apakah gelombang gravitasi yang disebabkan oleh pegunungan dapat merambat ke atas ke puncak awan Venus, pengamatan menunjukkan bahwa dinamika atmosfer Venus yang lebih kompleks di kedalaman dari sebelumnya," demikian pernyataan ilmuwan dalam tulisan mereka di jurnal Nature.
Temuan baru ini adalah hasil pengamatan pesawat ruang angkasa Jepang, Akatsuki, yang telah mengorbit Venus sejak 2015. Pengamatan itu dirinci pada 16 Januari dalam jurnal Nature Geoscience. Penelitiannya dipimpin oleh Makoto Taguchi dari Rikkyo University di Tokyo.
Wilayah ini memiliki diameter sekitar 6.213 mil dan melayang di atas gunung-gunung di permukaan Venus. Berbentuk seperti busur dan sangat terang.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Venus selama ini dikenal punya formasi awan aneh selama lebih dari 50 tahun. Misalnya, fitur berbentuk Y besar, yang pertama kali diamati melalui sinar ultraviolet. Pesawat ruang angkasa Mariner 10 yang mengamati fitur ini pada tahun 1973 menemukan bahwa fitur ini juga bergerak secara independen dari awan di wilayah yang sama.
Pada 2015, ilmuwan berhipotesis bahwa fitur itu dapat dibuat dengan gaya sentrifugal. Gaya yang menarik segala sesuatu pada tubuh berputar jauh dari pusat yang berputar.
Badan Antariksa Eropa juga meneliti peran pegunungan yang mengganggu atmosfer Venus pada tahun 2016. Ilmuwan menemukan bahwa udara dipenuhi dengan uap air naik ke atas dari atmosfer yang lebih rendah ketika bergerak di atas pegunungan planet ini dan menciptakan gelombang gravitasi.
"Meskipun ini tidak ada hubungannya dengan gelombang gravitasi, yang meriak dalam ruang waktu," kata Jean-Loup Bertaux, seorang peneliti dari Laboratoire Atmosfer, Milieux, di Perancis dan penulis utama dari studi Eropa.
"Sebaliknya, gelombang gravitasi merupakan fenomena atmosfer, yang sering kita lihat di bagian pegunungan permukaan bumi, terbentuk ketika riak udara di atas permukaan bergelombang. Gelombang kemudian merambat vertikal ke atas, tumbuh lebih besar dan lebih besar dalam amplitudo sampai mereka diam tepat di bawah puncak awan, seperti gelombang laut di garis pantai,” kata Bertaux lagi.
(ded/ded)