Jakarta, CNN Indonesia -- Pulau yang terletak 1.000 km dari Tokyo, Jepang ini termasuk yang paling berbahaya di dunia. Ada sebuah gunung berapi laut yang disebut Nishinoshima yang meletus hampir puluhan kali dan memuntahkan lava pijar ke pulau tetangga.
Sebagai gunung api yang hidup, dia menimbulkan risiko bagi 2.500 penduduk yang tinggal di pulau Ogasawara. Jika lereng batu di Nishinoshima runtuh, bisa memicu tsunami yang mencapai Ogasawara hanya dalam 20 menit.
Ilmuwan pun menempatkan pelindung di sana. Sebuah robot otonom bernilai US$180.000 yang hidup dengan energi surya. Dia bisa bergerak dan hidup selama berbulan-bulan dengan sendirinya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Robot ini berbentuk papan selancar dan dilengkapi teknologi tinggi yang terhubung ke jaringan bawah laut (disebut wave glider) yang dapat mengkonversi gerakan gelombang naik turun dan maju menjadi peringatan dini. Ia dilengkapi mesin penggerak yang bisa memacunya dengan kecepatan 3 knot.
Robot berfungsi sebagai link penting, menyampaikan pesan dari ribuan detektor tsunami yang ditanam di bawah gelombang laut. Ia akan memberikan peringatan kepada orang-orang. Dia akan memulai patrolinya di Nishinoshima pada Mei mendatang dan bekerja 24 jam sehari, tujuh hari sepekan.
Setelah terjadinya gempa Tohoku pada 2011, kebutuhan akan pendeteksi tsunami yang superior sudah muncul. Tsunami itu telah menghancurkan pembangkit listrik tenaga nuklir di Fukushima dan menewaskan ribuan orang di sepanjang pantai timur laut Jepang.
Versi awal robot itu tersesat di laut karena tak sanggup melawan badai. Lalu, saat percobaan juga pernah gagal karena robot terus berputar di tempat yang terlalu dekat dan mobilitasnya terganggu. Robot itu kemudian mengalami peningkatan sistem sehingga versi terbaru tak lagi mengalami kejadian versi sebelumnya.
Versi berikutnya dilengkapi kamera yang memakai time-lapse, mikropon, dan hidropon untuk memantau pulau. Pada Mei 2017, versi terbaru akan dioperasikan secara mandiri di Nishinoshima selama tiga bulan atau lebih.
"Ada banyak pulau dan kapal selam terisolasi gunung berapi di Jepang, di mana sistem kami bisa menjadi alat yang ampuh untuk pemantauan jarak jauh," kata ahli geologi Hiroko Sugioka, kepala ilmuwan di Badan Jepang untuk Marine-Earth Science Technology (JAMSTEC).
(ded/ded)