Jakarta, CNN Indonesia -- Biasanya makanan untuk misi ke Stasiun Ruang Angkasa Internasional (ISS) dibawa pakai kargo. Ilmuwan sedang mempelajari cara yang lebih mudah, dengan memanfaatkan urin dan keringat astronaut untuk menumbuhkan makanan di sana.
Penelitian yang dilakukan Jens Hauslage dari German Aerospace Center, melibatkan satu tanki urin dan bibit tomat. Harapannya, pada misi yang cukup lama ke luar angkasa, semisal ke Mars, kita bisa menghasilkan sistem suplai makanan yang berkelanjutan.
“Bumi adalah sistem biologi yang tertutup, dengan tanaman memproduksi oksigen dan makanan, kemudian ada binatang dan mikroba yang melakukan proses peluruhan ke tanah,” kata Hauslage, seperti dikutip Livescience dari BBC.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Tanpa sistem ini, tidak akan ada sistem pendukung kehidupan jangka panjang yang bisa diciptakan,” katanya lagi.
Dengan memanfaatkan sintetik dan urin manusia, Hauslage mendirikan laboratorium percobaan untuk meniru sistem itu di luar angkasa. Dia mengisi berkolom-kolom urin dengan batu apung. Di dalam batu ada berkoloni-koloni bakteri yang hidup dari urin, mengubah amonia di urin menjadi nitrat dan garam nitrat sebagai pupuk.
Kebanyakan air di ISS didaur ulang di atas. Nah Hauslage sedang meneliti aplikasi lain untuk air ini, untuk menumbuhkan tanaman di luar angkasa.
Lab riset, berupa satelit yang berisi dua miniatur rumah kaca, akan diluncurkan ke luar angkasa, akhir tahun ini. Satelit ini akan mensimulasi gravitasi Bulan selama 6 bulan pertama, untuk menguji potensi menumbuhkan sayuran di Bulan dan kemudian mensimulasikan gravitasi di Mars.
Saat mengorbit, 16 kamera akan mendokumentasikan pertumbuhan bibit tomat. Sebagaimana di Bumi, lingkungan penanaman di satelit juga akan memakai bakteri untuk mengolah urin sintetik, memproduksi pupuk bagi tomat.