Keroyokan Memberantas Narkoba

CNN Indonesia
Kamis, 30 Mar 2017 12:34 WIB
Pengguna narkoba di Indonesia terus meningkat. Perlu kerjasama semua pihak untuk mengatasi masalah ini.
Foto: ANTARA FOTO/Widodo S. Jusuf
Jakarta, CNN Indonesia -- Beberapa hari ini, media cetak maupun media online ramai memberitakan mengenai tertangkapnya salah satu artis Indonesia karena menggunakan obat-obatan terlarang. Mungkin sudah menjadi hal biasa karena yang tertangkap adalah artis.

Namun beda pada kasus kali ini, pelaku merupakan anak dari pelantun lagu Mirasantika, yang di dalam liriknya tertuliskan “Nan narkotika, apa pun jenismu tak akan ku kenal lagi dan tak akan kusentuh lagi walau secuil".

Ini pastinya menjadi cambukan tersendiri bagi pelantun lagu tersebut. Di tengah usaha kerasnya mengkampanyekan "Mirasantika no way" ternyata anaknya sendiri yang menjadi pelakunya. Kasus ini adalah sebagian kecil dari kasus penyalahgunaan narkoba yang diekspos karena yang menjadi pelakunya adalah public figure. Sesungguhnya masih banyak penyalahgunaan narkoba di indonesia yang ini ditandai dengan terus meningkatnya angka pengguna narkoba setiap tahunnya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Narkoba di Indonesia

Menurut BNN pengguna narkoba pada juni 2015 berjumlah 4,2 juta jiwa dan lima bulan kemudian angka tersebut naik menjadi 5,9 juta jiwa. Angka yang sungguh fantastis hanya berselang 5 bulan terdapat kenaikan yang sangat signifikan yaitu 1,7 juta dan disinyalir, itu adalah pengguna baru.

Dalam sehari ada 50 orang yang meninggal karena menggunakan narkoba. Tidak hanya itu, jumlah pengguna narkoba 22% adalah pelajar dan mahasiswa. Dan yang lebih mengejutkan lagi bahwa yang anak SD dan TK juga menjadi sasaran pengedar narkoba, yang ini dibuktikan dengan ditemukannya permen yang mengandung narkoba.

Keadaan ini pastinya menjadi ancaman bagi seluruh masyarakat Indonesia, mengingat dampak yang diakibatkan dari narkoba bisa merenggut nyawa. Ini juga mengisyaratkan bahwa kejahatan narkoba bukan hanya sebagai upaya jual-beli barang haram saja, tetapi ada upaya oknum tertentu untuk merusak anak bangsa dengan memberikan mengemas barang haram tersebut menjadi permen nan cantik dan disukai anak-anak.

Jika pengguna narkoba di Amerika mencapai 22,9 juta jiwa dan di Indonesia 5,9 juta jiwa, angka ini jauh memang perbedaannya. Namun sebagai negara yang sangat tegas dalam melarang barang haram tersebut, ini adalah angka yang fantasis. Hal Ini menjadi polemik bagi masyarakat Indonesia.

Gonjang ganjing akan siapa yang pantas disalahkan dari masalah ini tidak pernah ada habisnya. Ada yang mengatakan bahwa pemerintahlah yang harus sepenuhnya menyelesaikan masalah ini. Ada yang mengatakan masyarakat Indonesia yang tak kunjung sadar akan dampak dari bahaya narkoba.

Apabila mau menyalahkan pemerintah, tak adil juga rasanya, kita telah melihat bersama-sama bahwa pemerintah telah serius dalam memberantas masalah narkoba di Indonesia. Bukan main-main ada 14 bandar narkoba yang dieksekusi mati pada tahun 2015 lalu.

Sebagai badan pemerintah yang mengurusi masalah narkoba, BNN juga semakin getol untuk menangani permasalahan narkoba. Bersama dengan LSM maupun instansi pendidikan untuk mensosialisasikan bahaya narkoba (preventif), melakukan pengobatan terhadap pengguna narkoba (kuratif). Tidak hanya itu, BNN juga melakukan rehabilitasi bagi pecandu narkoba (rehabilitatif) dan juga melakukan penindakan terhadap pengedar atau bandar narkoba (represif). Namun yang menjadi pertanyaan, usaha yang aktif mengapa tidak jua efektif, melihat meningkatnya kasus penyalahgunaan narkoba.

Kalau mau diusut lebih dalam, yang menyebabkan narkoba bisa masuk ke Indonesia karena kurang korektifnya Bea Cukai dalam menyortir barang yang bisa masuk dan tidak dari luar negeri. Apabila kinerja Bea Cukai optimal untuk membendung masuknya narkoba, maka tidak akan ada masalah mengenai narkoba yang bisa masuk ke dalam Indonesia.

Sebagai negara kepulauan terbesar dan banyak garis batas yang terbuka, hal ini menjadikan Indonesia mudah untuk dimasuki oleh penyelundup. Oleh karena itu aparat kepolisian harusnya lebih giat lagi untuk menjaga wilayah perbatasan agar penyelundup tidak mudah masuk ke wilayah Indonesia. Pada kasus ini, Bea Cukai dan aparat kepolisian menjadi garda terdepan yang menentukan narkoba bisa dinikmati anak negeri atau memasukkan pelakunya ke jeruji besi.

Tidak hanya itu, apabila pemahaman dan kesadaran masyarakat Indonesia tinggi terhadap bahaya narkoba, pastilah ia tidak akan tergiur untuk menggunakan barang haram yang mematikan tersebut. Namun yang sangat disayangkan, masih kurangnya kesadaran masyarakat Indonesia terhadap bahaya yang diakibatkan dari narkoba. Mirisnya pengayalahgunaan narkoba dilakukan dengan alasan untuk menghilangkan permasalahan, nyatanya bukan masalah yang hilang tetapi nyawa yang melayang.

Masalah narkoba bukanlah masalah yang sepele, sehingga dengan memejamkan mata sambil mengucapkan bim salabim abrakadabra, masalah ini bisa selesai. Dibutuhkan kerjasama yang sinergi dari seluru elemen masyarakat untuk meyelesaikan masalah ini.

Mulai dari pemerintah, aparat kepolisian dan juga masyarakat memiiliki peranan penting dalam hal ini. Tidak bisa satu-satu elemen saja yang bekerja. Mempertanyakan siapa sebenarnya yang salah mengenai masalah narkoba di negeri ini, bukanlah pertanyaan yang seyogianya dilontarkan. Karena masalaah ini adalah bangsa yang harus diselesaikan bersama-sama.
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER