Jakarta, CNN Indonesia -- Banyak yang meragukan kondisi perekonomian Indonesia saat ini di era kepemimpinan Presiden Jokowi. Apakah benar ekonomi Indonesia masih mengalami krisis?
Coba kita
review kembali ke tahun 1998, keadaan ekonomi Indonesia jauh lebih baik dibandingkan saat itu. Bahkan mengalami peningkatan yang sangat baik, seperti dikatakan Gubernur BI. "Sekali lagi saat ini kita tidak krisis. Bicara fundamental ekonomi, kita tetap ada pertumbuhan ekonomi," kata Gubernur BI Agus Martowardojo di Acara Bloomberg Businessweek Breakfast Meeting Waspada Ekonomi Indonesia, di Hotel Dharmawangsa, Kamis (27/8/2015).
Jika kita lihat data saat ini ekonomi Indonesia masih tumbuh 4,6 persen. Sedangkan saat krisis moneter minus 13,7 persen. Inflasi pada saat krisis 1998 mencapai 77,63 persen, naik 7 kali lipat dari 1997 yaitu 10,31 persen. Kemudian membaik pada 1999, inflasi hanya 1,45 persen. Cadangan devisa (cadev) RI waktu krismon hanya US$23,76 miliar. Itu pun sudah dapat bantuan dari International Monetary Fund (IMF).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kondisi saat ini sangat jauh lebih aman. Cadangan devisa kita tahun 2014 yaitu US$ 111,86 miliar dan saat ini pada 2015 sebesar US$ 107,55 miliar.
Dana Moneter Internasional (IMF) menempatkan Indonesia pada urutan ke 9 sebagai negara dengan ekonomi terbesar di dunia. PDB Indonesia hingga akhir tahun 2014 diperkirakan mencapai US$2,6 triliun. Posisi ini menggeser PDB Inggris yang hanya sebesar US$2,4 triliun.
Nilai ekonomi tersebut diperhitungkan sebagai hasil perbandingan daya beli barang atau jasa di suatu negara, dengan jenis barang atau jasa yang sama dengan menggunakan mata uang dolar di Amerika Serikat. Istilah ini dikenal dengan
purchasing power parity (PPP). Contohnya, The Economist menggunakan metode perhitungan tersebut berdasarkan harga burger McDonald's atau dikenal dengan “The Big Mac index” (katadata.co.id).
Tetapi masih banyak yang menyangsikan akan data yang dirilis oleh IMF tersebut dikarenakan ekonomi Indonesia saat ini mengalami perlambatan pertumbuhan ekonomi. Hal ini bukan karena faktor intern Indonesia yang menyebabkan melambatnya pertumbuhan ekonomi tetapi peran pertumbuhan ekonomi besar akan berdampak juga ke Indonesia.
Saat ini harga komoditas dunia melemah terus,
economic growth juga melemah. Seperti yang dikatakan oleh Peter F. Drucker, dalam sebuah jurnal di HBR.Org pada tahun 90-an. Ia mengatakan dunia akan seperti sebuah lego pada tahun-tahun mendatang, di mana semua akan saling terkait satu sama lain, The Definitive Drucker: Challenges For Tomorrow's Executives -- Final Advice From the Father of Modern Management.
Selama 10 tahun terakhir pertumbuhan ekonomi Indonesia terus dipacu. Indonesia dihormati karena
growth (pertumbuhan) rata-rata 6 persen. Di antara 20 negara terbesar dunia masuk peringkat tiga di bawah China dan India.
Ekonomi Indonesia masih bisa tumbuh cukup tinggi, yaitu 4,7 persen di semester I-2015, di tengah melambatnya ekonomi global. Pertumbuhan ekonomi Indonesia ini termasuk tiga besar di negara-negara G20. Kelompok Ekonomi Utama alias G20 adalah kelompok 19 negara dengan perekonomian besar di dunia ditambah dengan Uni Eropa. Kelompok ini dibentuk tahun 1999 sebagai forum untuk menghimpun kekuatan-kekuatan ekonomi negara maju dan berkembang membahas isu-isu penting perekonomian dunia.
Perkonomian Indonesia, dibandingkan dengan negara maju seperti Brasil dan Rusia masih lebih baik Indonesia, bahkan Brasil pertumbuhan ekonominya minus 2 persen pada kuartal lalu. Meski ekonomi kini sedang melambat, saat ini Indonesia tidak masuk ke dalam krisis. Perlambatan ekonomi bukan saja dirasakan oleh Indonesia tetapi juga negara-negara lain.