Jakarta, CNN Indonesia -- Para pecinta film science fiction pasti tahu film berjudul Arrival yang dirilis 2016 lalu. Film barat ini merupakan film yang menceritakan tentang sebuah pesawat ruang angkasa misterius yang turun ke bumi. Kemudian untuk menginvestigasi pesawat ruang angkasa tersebut, dibentuk sebuah tim yang dipimpin oleh seorang dokter dan juga ahli bahasa, yaitu Dr. Louise Banks (Amy Adams) untuk menyelidikinya.
Dr. Louise Banks harus berpacu dengan waktu untuk mencari jawaban dan memecahkan misteri ruang angkasa tersebut yang juga bisa mengancam hidupnya serta seluruh kemanusiaan ini.
Dalam suatu adegan, Ian Donnelly (Jeremy Renner) mengungkapkan mengenai Sapir-Whorf hypotesis, di mana menurut penelitian tersebut kemampuan berpikir manusia dipengaruhi oleh bahasa. Jika kita berpikir dengan bahasa yang berbeda dari bahasa kita sehari-hari, maka kemampuan berpikir kita akan berbeda dari biasanya. Dan itulah yang terjadi pada Louise, ketika Louise menenggelamkan dirinya pada bahasa sang Alien, ia mulai berpikir seperti Alien.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Film ini memberikan makna mendalam mengenai komunikasi, khususnya dalam hal bahasa. Ketika manusia menggunakan bahasa yang berasal dari wilayah tertentu secara terus-menerus, maka manusia tersebut cenderung berpikir seperti orang yang berasal dari wilayah tersebut. Dari pernyataan ini dapat diartikan bahwa bahasa tidak hanya berguna untuk memahami apa yang dikatakan, namun juga memahami apa yang dipikirkan dan dirasakan.
*Spoiler Alert* Dalam suatu adegan di film ini, terjadi perdebatan antara Louise dan anggota tim lainnya mengenai satu pesan dari alien yang berarti “weapon” sehingga menimbulkan kecemasan akan serangan Alien terhadap umat manusia.
Namun Louise yang sehari-hari berkomunikasi dengan Alien tersebut yakin bahwa pesan itu berarti “tools”, dengan cara berfikir seperti Alien Louise menjelaskan bahwa kemungkinan tidak ada kata “weapon” dalam kamus mereka (Alien), karena mereka tidak pernah menggunakan senjata. Dan ternyata di akhir film dugaan Louise terbukti benar bahwa Alien menyampaikan pesan mengenai keberadaan “tools” yang dapat menyelamatkan umat manusia dari kehancuran, bukan “weapon” yang justru akan menghancurkan umat manusia.
Adegan ini memperlihatkan bahwa memahami bahasa tidak bisa dilakukan hanya dengan memahami apa yang diucapkan atau dituliskan, tapi kita juga perlu masuk ke dunia mereka, menjadi mereka dan berpikir seperti mereka.
Sehingga kita tahu apa maksud yang ingin mereka sampaikan. Ini tidak hanya berlaku dalam hal mendengarkan, tapi juga dalam hal menyampaikan. Ketika berkomunikasi kita perlu menyampaikan pesan dengan bahasa yang dapat dimengerti pendengar, untuk itu kita perlu memahami bahasa mereka, cara berpikir mereka dan dunia mereka.
“Khatibun naasa bi lughati qaumihim” (berbicaralah kepada manusia dengan bahasa kaumnya)
Dalam menyampaikan kebaikan atau berdakwah kita dihadapkan oleh berbagai macam objek dakwah yang memiliki berbagai macam latar belakang, pikiran atau bisa dibilang memiliki ‘dunia’ yang beragam. Kita perlu memahami bahasa kaum yang menjadi objek dakwah agar pesan yang diberikan tersampaikan dengan baik.
Untuk itu diperlukannya kemampuan komunikasi yang baik. Memahami kemudian barulah dipahami, mendengarkan kemudian barulah menyampaikan, pola komunikasi seperti ini perlu dibiasakan. Mirip seperti halnya menulis, karena penulis yang baik adalah pembaca yang baik. Pada kenyataannya, di tengah kehidupan yang heterogen seperti sekarang kita seringkali meninggalkan pola komunikasi seperti ini (termasuk saya).
Pembiasaan pola komunikasi ini dapat dilakukan melalui beberapa tahapan; (1)Pelajari bahasa mereka, sehingga nanti cara berpikir kita akan menyesuaikan seperti cara berpikir mereka; (2)Pahami dunia mereka, pahami latar belakang mereka sehingga meminimalisir terjadinya kesalahpahaman; (3)Dengarkan kemudian sampaikan pesan dengan bahasa mereka; (4)Lakukan secara berulang, hingga pada akhirnya kita saling memahami satu sama lain.
Melalui bahasa kita dapat memahami sesama. Ketika kita saling memahami satu sama lain, muncullah rasa persaudaraan. Antara dunia kita dan mereka terasa tidak memiliki batas. Melalui bahasa, dunia kita dan mereka terasa sama. Karena bahasa menyatukan hati dan pikiran, serta dapat menghilangkan perselisihan. Secara tidak langsung dengan menggunakan bahasa secara bijak, kita dapat memperluas dunia kita.
Maka dari itu kuasailah bahasa mereka! Bahasa Sunda, Jawa, alay, gaul, Inggris, Arab, Tiongkok, qalbu, dan berbagai bahasa lainnya. Karena dengan menguasai bahasa maka kita telah membuka pintu rahasia menuju dunia lain yang lebih luas.
“Inti dari sebuah komunikasi adalah mendengarkan apa yang tidak dikatakan” (Angga, 2017)