Jakarta, CNN Indonesia -- Kalau kamu mahasiswa dan punya ide terkait teknologi
smart city alias kota pintar, kamu harus ikut kompetisi yang digelar oleh Singapore Management University ini. Kamu bakal mendapat hadiah uang tunai dan kucuran investasi untuk mewujudkan ide yang kamu usulkan.
“Tidak hanya tunai, kami juga dukung mereka dengan
smart money, yaitu investasi. Kamu ketemu investor dan kami akan membantu kamu mendapatkan traksi dari bisnismu. Kami juga topang dari sisi aturan hukum, sehingga bisnis kamu di Asia Tenggara bisa berjalan lancar,” kata Hau Koh Foo, Direktur Institute of Innovation & Enterpreneurship Singapore Management University, kepada CNN Student, baru-baru ini.
Kompetisi ini bernama Lee Kuan Yew Global Business Plan, yang sudah memasuki tahun ke-9. Tahun ini tema kompetisi dua tahunan ini adalah
smart city. Peserta harus mengajukan ide produk dan layanan berbasis data dan teknologi mutakhir untuk menjawab tantangan dan memanfaatkan peluang yang ada di
smart city baik dari aspek kesehatan, kehidupan, layanan, mobilitas dan layanan masyarakat.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Kompetisi ini adalah platform bagi para inovator bertaraf internasional, pemodal ventura dan talenta muda untuk berkumpul dan membahas ide-ide yang bisa mengubah hidup manusia,” tutur Hau Koh Fooh.
Secara teknis, pengumpulan proposal harus dilakukan sampai 16 Juni ya. Tahap finalnya akan berlangsung pada 15 September di Singapura. Ada empat kategori yang bisa kamu ikuti, yaitu kesehatan, kehidupan (perkantoran maupun perumahan), mobilitas, dan layanan (macam
fintech,
disaster management, dan layanan pemerintah).
Hau Koh Foo mengatakan, sampai saat ini sudah masuk lebih dari 1.400 proposal dari berbagai universitas. Menariknya, 140-an aplikasi ternyata berasal dari mahasiswa-mahasiswa Indonesia lho. Mereka akan memperebutkan hadiah tunai 1 juta dolar Singapura, investasi, dan hadiah barang.
Pada tahun ke-8 ada 20 proposal dari mahasiswa Indonesia dan dua tim mahasiswa dari Indonesia mencapai babak semifinal di kompetisi tersebut. Mereka mengusung proposal soal
superfood yang dihubungkan dengan teknologi manajemen bencana. Tim Indonesia satu lagi mengusulkan teknologi bahan baku tisu dari buah pisang.
Ternyata faktor bahasa mempengaruhi presentasi tim Indonesia, sehingga mereka gagal mencapai final. Selain itu, usulan mereka pun ternyata masih kurang meyakinkan para panel juri. “Secara keseluruhan ide mereka kurang jelas dibandingkan dengan pemenang, selain masalah pesaing yang banyak serta pasar yang
overcrowded,” kata dia.
Tahun ini, tim dari Lee Kuan Yew Global Business Plan akan memilih para finalis untuk bertarung di Singapura. Selama sepekan di negeri itu, mereka tidak hanya akan berkompetisi tapi juga ikut merasakan ekosistem teknologi di negeri itu.
“Kami akan ajak mereka ketemu semua pejabat senior pemerintah di bidang
smart city, ketemu dengan investor, wirausahawan, yang bisa mengarahkan mereka,” ujar Hau Koh Foo. “Jadi 3 hari pertama itu training tentang
smart city, siapa investor yang bisa ditemui, dan apa yang harus diketahui mengenai ekosistem
smart city di Asia Tenggara ini.”