Yogyakarta, CNN Indonesia -- Biji nangka bisa dimakan, itu sudah banyak yang tahu. Tapi biji nangka jadi susu untuk mengatasi osteoporosis, mungkin baru lima mahasiswa UGM ini yang tahu.
Prevalensi osteoporosis di Indonesia masih tinggi, terutama pada wanita menopause. Bahkan Perhimpunan Osteoporosis Indonesia memperkirakan pada tahun 2020 mendatang setidaknya 35 persen wanita Indonesia dengan kondisi menopause akan mengalami osteoporosis. Pemberian susu tinggi kalsium maupun suplemen biasa dilakukan untuk mencegah terjadinya pengeroposan tulang lebih lanjut.
“Setelah diteliti lebih lanjut ternyata penanganan yang dilakukan terhadap wanita menopause kurang efektif. Menurut data survei gizi, 30-40 persen perempuan usia menopause yang rutin mengkonsumsi susu tinggi kalsium masih menderita osteoporosis,” kata Aulia Ayub, mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi UGM, beberapa waktu lalu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Risma mengatakan kondisi tersebut terjadi karena susu tinggi kalsium yang tersedia di pasaran hanya mengandung komponen kalsium saja. Sementara komponen lainnya yang sangat berperan dalam proses terjadinya osteoporosis seperti hormon estrogen tidak dapat tergantikan.
Kondisi ini mendorong Risma bersama keempat rekannya dari Fakultas Kedokteran Gigi dan Fakultas Farmasi UGM, yaitu Arum Trisnaningtyas S.P., Fun Nagede Adinsyah, Presty Dwi Fitriani, dan Risma Martasuri, mencari bahan tambahan yang efektif dan efisien mencegah osteoporosis pada wanita menopause. Penelitian dilaksanakan di bawah bimbingan drg. Tetiana Haniastuti, M.Kes., Ph.D., melalui Program Kreativitas Mahasiswa UGM tahun 2017.
Kelimanya memanfaatkan biji nangka (
Artocarpus heterophyllus) sebagai bahan tambahan dalam susu tinggi kalsium. Biji nangka dipilih sebagai bahan tambahan karena di dalamnya mengandung
isovlafon. Senyawa ini memiliki struktur kimia yang hampir sama dengan esterogen sehingga memungkinkan terjadinya ikatan dengan reseptor estrogen. Ikatan yang terjadi antara
isoflavon dan reseptor
estrogen mampu memperlambat proses pemecahan matriks tulang.
“Biji nangka berpotensi menjadi solusi dalam penatalaksanaan kondisi osteoporosis pada wanita menopause karena mampu memperlambat proses pemecahan matriks tulang,” ujar Aulia.
Untuk mendapatkan kandungan
isoflavon tersebut biji nangka diolah menjadi ekstrak yang selanjutnya dicampur dengan susu tinggi kalsium. Hasilnya berupa sediaan bubuk fortifikasi yang dilabeli dengan nama Binastic.
Arum menambahkan untuk membuktikan efektivitas ekstrak biji nangka dalam menekan terjadinya osteoporosis dilakukan percobaan secara
in vivo pada 25 ekor tikus
Sprague Dawley. Ekstrak biji nangka diberikan secara oral pada tikus yang sebelumnya telah di-
ovariektomi. Hal ini dilakukan agar tikus mengalami kondisi defisiensi
esterogen. Setelah 28 hari perlakuan dilakukan pembedahan pada tikus dan diambil tulang pendukung gigi untuk dianalisis.
Dari pengamatan jumlah
osteoblas,
osteoklas, luas
trabekula, dan kepadatan
kolagen, terbukti bahwa kelompok tikus yang diberi perlakuan fortifikasi bubuk ekstrak biji nangka dengan susu tinggi kalsium memiliki hasil yang jauh lebih efektif dalam hal peningkatan kepadatan tulang, dibandingkan dengan kelompok tikus yang hanya dengan perlakuan susu tinggi kalsium saja.
Sementara dari pengamatan rontgen foto pada kelompok tikus yang diberi perlakuan fortifikasi bubuk ekstrak biji nangka dengan susu tinggi kalsium menunjukkan massa tulang lebih padat dibandingkan dengan kelompok tikus yang hanya dengan perlakuan susu tinggi kalsium.
“Penelitian ini menjadi langkah awal eksplorasi biji nangka untuk agen antiosteoporosis yang prospektif dan aman. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan inovasi yang efektif dan efisien dalam peningkatan densitas massa tulang bagi wanita menopause,” kata Aulia berharap.
Ika
Humas UGM