Jayapura, CNN Indonesia -- Saat ini hanya generasi tua Suku Moi di Papua Barat, yang masih mentato pada tubuhnya, sedangkan generasi mudanya sudah tidak menerapkan tato lagi.
Generasi muda saat ini sudah tidak bertato mungkin juga karena perkembangan zaman ataupun norma dan etika pekerjaan yang ada saat ini.
Suku Moi atau Malamoi punya tradisi menghias tubuh dengan tato bermotif khas, yang diperkenalkan oleh penutur Austronesia dari Asia Tenggara yang bermigrasi ke wilayah Sorong, Papua Barat, pada jaman neolitik, 3000 tahun yang lalu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Motif tato ini berupa motif geometris atau garis-garis melingkar serta titik-titik berbentuk segitiga kerucut atau tridiagonal yang dibariskan.
Mereka membuat tato dengan mencelupkan duri pohon sagu atau tulang ikan ke campuran arang halus (yak kibi) dan getah pohon langsat (loum), lalu menusukkannya ke bagian tubuh seperti dada, pipi, kelopak mata, betis, pinggul dan punggung.
Desain tato disesuaikan dengan luas sempit bagian tubuh yang hendak ditato, misalnya tato di hidung akan mengikuti bentuk hidung.