Jakarta, CNN Indonesia -- Dewasa ini perkembangan mekanisasi pertanian terus menunjukkan tren positif. Perkembangan yang begitu pesat membuat pertanian kian maju. Tidak hanya teknologi berskala modern. Teknologi sederhana berbasis tepat guna juga menghiasi perkembangannya.
Sebut saja salah satu contohnya adalah Paper Pot Transplanter. Teknologi penanam serba guna yang dikembangkan oleh Negeri Sakura ini memiliki keahlian menanam dalam waktu yang singkat. Dengan bantuan paper chain pot, jarak tanam dapat ditentukan tanpa harus mengukurnya terlebih dahulu. Sebab paper chain pot memiliki jarak tertentu yang dapat menjadi jarak tanam saat penanaman di lahan.
Pada Paper Pot Transplanter ini terdapat banyak bagian yang memiliki peranan penting sehingga menyebabkan alat ini dapat berfungsi menjadi alat penanam. Di antaranya terdapat bagian bernama furrow opener (alur pembuka) yang berfungsi untuk membuka alur penanam. Ada juga bagian penutup alur yang berfungsi untuk menutup alur setelah dibuka melalui furrow opener. Kemudian terdapat empat buah roda yang berfungsi untuk mempermudah alat ini untuk bergerak saat dioperasikan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain itu dalam pengoperasiannya alat ini terdapat 2 tahap. Pertama, pra penggunaan dan yang kedua saat penggunaan. Pada tahap pra penggunaan ini biji ditanam dalam suatu wadah bernama paper chain pot. Tujuannya agar didapatkan bibit yang nantinya dapat ditanam di lahan menggunakan Paper Pot Transplanter.
Umumnya tahap pra penggunaan ini berlangsung selama 2 minggu hingga didapatkan bibit. Kemudian pada tahap penggunaan, paper chain pot yang sudah terisi oleh bibit diletakkan pada alat Paper Pot Transplanter yang sudah siap digunakan di lahan. Setelah itu Paper Pot Transplanter dihadapkan pada alur yang sudah ditentukan.
Pada bagian paper pot chain ditarik terlebih dahulu sehingga ujungnya ditancapkan di lahan menggunakan media bantuan penancap. Tujuan penancapan adalah menjadi benchmark agar saat Paper Pot Transplanter dioperasikan dengan cara ditarik bagian dari paper pot chain dapat mengembang dan tertarik hingga pot-pot yang ada tertanam pada alur yang sudah ditentukan.
Penggunaan Paper Pot Transplanter ini tidak terbatas pada jenis tanaman tertentu saja, sebab sangat disesuaikan dengan paper chain pot yang memiliki jarak tanam tertentu. Seperti halnya biji jagung, biji bawang merah, dan tanaman bji-bijian lainnya. Dalam penggunaannya juga terbilang sangat mudah. Bagi orang awam yang baru mengenal alat ini dapat menggunakannya dengan mudah. Maka sangat relevan bila alat ini diadopsi, dengan melihat kondisi para petani di Indonesia yang masih menggunakan teknologi sederhana.
Teknologi sederhana seperti ini yang seharusnya marak dikembangkan di Indonesia. Dengan melihat lahan kepemilikan petani yang relatif kecil, ditambah penguasaan terhadap teknologi yang masih rendah membuat teknologi tepat guna masih dapat dikatakan efektif bagi pemanfaatan mekanisasi pertanian di Indonesia.
Terlebih alat Paper Pot Transplanter ini masih belum dikembangkan di Indonesia. Sehingga ini menjadi potensi besar bagi para sarjana teknik pertanian untuk membuat prototipe sejenis agar dapat dikembangkan di Indonesia.
Selain menjadi pekerjaan rumah para sarjana teknik pertanian, pengembangan teknologi sederhana untuk mekanisasi pertanian juga menjadi tanggung jawab bersama, termasuk pemerintah selaku pemangku kebijakan. Salah satu alternatifnya dengan membuat bengkel pertanian di setiap daerah. Tujuannya untuk merakit, memperbaiki, dan bahkan sampai membuat inovasi baru alat-mesin pertanian. Baik itu berskala modern ataupun teknologi sederhana berbasis tepat guna. Karena pada dasarnya masalah antara daerah satu dengan daerah lainnya tidaklah sama. Yang akhirnya dengan adanya kebijakan bengkel pertanian di setiap daerah diharapkan muncul komoditas alat-mesin pertanian tertentu, untuk daerah tertentu.
(ded/ded)