Polusi Cahaya yang Bikin Bingung Tumbuhan

Deddy Sinaga | CNN Indonesia
Sabtu, 09 Des 2017 09:23 WIB
Tumbuhan sebagai makhluk hidup, yang menggunakan cahaya sebagai sumber energi, mendapat imbas jangka panjang dari polusi cahaya. Apa imbasnya?
(Foto: REUTERS/Shailesh Andrade)
Jakarta, CNN Indonesia -- Bumi pada malam hari, ratusan tahun silam sebelum manusia menghasilkan terlalu banyak cahaya, tampak jauh lebih gelap dari bumi zaman sekarang. Cahaya berlebihan yang dihasilkan manusia merupakan salah satu polusi yang dapat membawa dampak negatif pada keseimbangan bumi beserta isinya.

Dilansir dari US National Library of Medicine National Institutes of Health, polusi cahaya di bumi meningkat sekitar 6% per tahunnya. Polusi tersebut meningkat dari intensitas dan luas areanya sehingga membuat bumi terlihat semakin terang dari malam ke malam. Jika dianalogikan, bumi seperti diselimuti pendaran cahaya yang kian menebal setiap tahunnya.

Pendaran cahaya itu menyebabkan periode gelap terang di bumi mengalami perubahan. Lampu-lampu jalanan, gedung dan papan reklame iklan yang menyala sepanjang malam merupakan penyumbang terbesar polusi cahaya yang efeknya langsung dipantulkan ke arah langit. Konsekuensi ekologis yang mungkin terjadi selanjutnya adalah sebuah mispersepsi pengaturan fisiologis makhluk hidup di muka bumi ketika merespon gelap terangnya lingkungan dalam siklus 24 jam.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tumbuhan sebagai makhluk hidup, yang menggunakan cahaya sebagai sumber energi, mendapat imbas jangka panjang dari polusi cahaya yang mengubah siklus gelap terang di permukaan bumi. Periode gelap terang yang berubah pada akhirnya mengganggu sistem penerimaan informasi fotoreseptor pada tumbuhan. Cahaya berjenis tertentu diterima fotoreseptor tumbuhan untuk mengatur peristiwa-peristiwa fenologi kapan mereka harus tumbuh, bertunas, berbunga, berbuah atau berkecambah.

Adanya cahaya buatan yang mengganggu siklus natural pencahayaan harian atau musiman memberikan informasi menyimpang pada tumbuhan. Respon fisiologis seperti periode pembungaan atau perkembangbiakan tumbuhan dengan paparan polusi cahaya bisa berada di luar garis normal. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa jenis-jenis tumbuhan tertentu berbunga dan berbuah lebih awal karena mendapat cahaya berlebih dari lampu jalanan yang menyala terus-menerus di malam hari. Fenomena tersebut mengungkapkan bahwa polusi cahaya mampu mengubah perilaku tumbuhan sehingga tidak sesuai lagi dengan ritme biologisnya.

Tumbuhan berhari panjang maupun berhari pendek masing-masing akan mengartikan informasi yang mereka dapatkan, kemudian meresponnya dengan cara berbeda. Seratus tahun yang akan datang, bisa jadi periode terang di bumi bertahan selama 24 jam jika cahaya buatan manusia terus diproduksi tanpa batas. Hal itu membuat tumbuhan berhari panjang terus bekerja secara fisiologis ketika hari tidak pernah benar-benar gelap. Namun sebaliknya, tumbuhan berhari pendek tidak diberi banyak kesempatan untuk bekerja karena membutuhkan lingkungan yang gelap.

Tentu saja ketidakseimbangan ini akan membawa efek lebih besar pada keharmonisan alam di bumi. Tumbuhan seratus tahun mendatang mungkin hanya dapat memekarkan bunganya sebentar dalam sehari, menggugurkan daunnya lebih cepat dari biasanya, tidak pernah lagi menghasilkan buah, atau mengalami perpendekan masa hidup tergantung dari jenisnya apakah termasuk tumbuhan yang aktif pada periode terang atau periode gelap.

Kemungkinan-kemungkinan tersebut adalah sebuah mispersepsi tumbuhan karena mereka tidak hidup berdasarkan kehendaknya, tapi hidup berdasarkan lingkungannya. Tumbuhan mungkin bingung kapan musim semi harus tiba atau kapan musim gugur harus berakhir, tapi mereka harus beradaptasi dengan lingkungan yang baru untuk mempertahankan hidupnya. Dengan kata lain, polusi cahaya di bumi lambat laun merusak sistem ekologi secara keseluruhan.

Lalu di mana peran manusia dalam menanggapi perubahan sikap alam yang tidak wajar ini? Seratus tahun bukanlah waktu yang sebentar. Manusia masih memiliki banyak waktu untuk memperbaiki kerusakan-kerusakan yang telah terjadi.

Angka polusi cahaya bisa ditekan seminimal mungkin. Membuat lampu jalanan atau papan reklame iklan tidak menyorotkan cahayanya ke langit adalah hal yang mudah. Namun tugas manusia justru lebih dari sekadar mengurangi polusi cahaya untuk menyelamatkan bumi di masa depan. Mungkin manusia seratus tahun yang akan datang bisa membuat bumi tetap terang pada malam hari tanpa menghasilkan cahaya buatan. Yang jelas kita harus tetap bersahabat dengan alam. Ketika kita tidak merusak keseimbangan alam, maka alam juga tidak akan merusak keseimbangan hidup manusia. (ded/ded)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER