Ulat Si Kupu-Kupu Malam yang Beracun

Deddy S | CNN Indonesia
Jumat, 15 Des 2017 17:26 WIB
Ulat bulu ada yang beracun dan ada yang tidak. Kalaupun beracun, racun ulat bulu tidak membahayakan dan mematikan.
Dr. Hari Sutrisno, peneliti di Pusat Penelitian Biologi LIPI sedang menjelaskan mengenai ulat bulu beracun, Jumat (15/12/2017) (CNN Indonesia/Deddy S)
Jakarta, CNN Indonesia -- Ulat bulu ada yang beracun dan ada yang tidak. Kalaupun beracun, racun ulat bulu tidak membahayakan dan mematikan.  

Begitulah keterangan Hari Sutrisno, peneliti dari Pusat Penelitian Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), di Jakarta, Jumat (15/12). Ini menjawab hoax yang pernah beredar di media sosial mengenai ulat bulu yang mematikan manusia hanya dalam waktu 4 jam.

“Yang patut diwaspadai kalau ada alergi terhadap racun ulat bulu, sehingga harus cepat ditangani atau dibawa ke dokter,” tutur Hari.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ulat bulu yang beracun umumnya adalah kelompok ngengat atau biasa juga disebut kupu-kupu malam. Sebanyak 90 persen ulat ngengat itu beracun. Racun ini sendiri adalah bagian dari pertahanan diri hewan tersebut dari predator.

Ulat memang hewan yang lamban sehingga apabila tak punya strategi bertahan hidup, mereka akan jadi sasaran empuk predator. Maka ulat bulu dilengkapi bulu-bulu halus dan tajam. Sebagian malah punya sistem peringatan di tubuhnya, untuk menghindari pemangsa.

Hari mengatakan ada dua tipe ulat bulu beracun, yaitu yang pasif dan aktif. Ulat bulu beracun yang pasif secara alamiah bulunya dilengkapi racun yang berasal dari makanan yang dimakannya. Tapi dia tidak bisa mengeluarkan racun itu. Biasanya, kalau ada pemangsa yang makan ulat tipe ini, dia bisa mati.

Tipe aktif adalah ulat bulu yang punya alat untuk mengeluarkan dan menyuntikkan racun. Struktur bulunya lebih besar, lebih lebar, dan lebih tajam. Begitu tersentuh, bulu itu akan menusuk dan mengalirkan racun.

Sifat venom atau racun pada hewan, kata Hari, biasanya menimbulkan iritasi atau merusak syaraf. Nah, racun pada ulat bulu tidak ada yang merusak syaraf seperti pada reptil atau kalajengking. “Tapi kalau ada alergi, itu berbeda lagi reaksinya,” ujar dia.

Contoh ulat bulu beracun yang aktif adalah dari keluarga Lymantriidae. Di Indonesia ada lebih dari 300 spesies ulat ini. Bulunya lebat dan panjang. Selongsong pupa atau kepompongnya juga biasanya mengandung bulu beracun.

Ulat bulu ini, salah satu spesiesnya yaitu Lymantria spp. pernah bikin heboh ketika menyerbu pohon-pohon mangga di Probolinggo beberapa waktu lalu.

Ulat bulu beracun lain seperti Sethothosea asigna juga pernah menghebohkan Kalimantan karena mewabah di pepohonan kelapa sawit. Ulat jenis ini sering disebut ulat api karena racunnya menyakitkan dan gatal sekali.

Ulat Bulu dan Tanda Ketidakseimbangan Alam
Dr. Siti Nuramaliati Prijono, pakar zoologi dari LIPI, mengatakan keberadaan ulat bulu yang berlebihan seperti pernah terjadi di Probolinggo, adalah tanda telah terjadi ketidakseimbangan ekologi di alam.   
 
Sebagai contoh di Probolinggo, rupanya ulat Lymantria spp, itu asalnya dari dataran tinggi di Tengger. Ulat ini dideskripsikan pertama kali dari kawasan itu pada 1936. Tapi ternyata di tempat asalnya kini sudah jarang sekali pepohonan.

“Sehingga ulat-ulat itu pindah ke dataran yang lebih rendah,” kata Hari.

Seharusnya di Probolinggo kehadiran ulat-ulat itu bisa ditangkal secara alami juga. Sebab, pemangsa alami ulat ini adalah semut merah besar atau biasa juga disebut semut rangrang. Tapi ternyata semut jenis ini banyak dicari di Probolinggo sebagai pakan burung.

Alhasil, minimnya predator alami membuat ulat bulu beracun itu merajalela sehingga bikin pusing warga Probolinggo.
(ded/ded)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER