Bandung, CNN Indonesia -- Di Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjajaran (Fikom Unpad), bukanlah hal yang biasa melihat mahasiswa masih berkeliaran di sekitar kampus di atas jam 6 sore. Fikom seperti gedung kosong yang sudah lama tidak ditempati, sunyi, sepi dan gelap.
Biasanya hanya ada segelintir mahasiswa dan itu pun di kantin. Alasan mereka berdiam diri di kantin karena kantin salah satu tempat di Fikom yang masih dinaungi cahaya meski sudah malam hari.
Beberapa mahasiswa juga sering mengeluhkan gelapnya Fikom ketika malam. Mahasiswa menjadi kurang nyaman untuk berdiam diri di kampusnya sendiri.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), definisi kampus berarti daerah lingkungan bangunan utama perguruan tinggi (universitas, akademi) tempat semua kegiatan belajar-mengajar dan administrasi berlangsung.
Bagaimana mau belajar ketika pencahayaannya kurang? Bukankah belajar bisa di mana saja dan kapan saja? Tidak hanya terpaku dengan SKS pembelajaran mata kuliah.
Jika penerangan di kampus memadai, pastilah mahasiswa bisa saling berdiskusi, berkumpul, dan mengerjakan tugas dengan rasa nyaman. Akan muncul ruang publik yang dapat digunakan sebaik-baiknya. Tidak perlu mencari kafe-kafe yang mahal untuk sekedar numpang WiFi saat kerja kelompok.
Belum lagi ketika hendak pulang ke kosannya masing-masing harus menuju daerah gerbang lama (gerlam) yang sepanjang jalan juga minim penerangan. Hal tersebut bisa saja memancing kesempatan bagi pelaku kejahatan untuk melancarkan aksinya.
Teringat dengan ucapan Bang Napi dalam sebuah acara televisi beberapa tahun lalu. Bahwa kejahatan itu muncul bukan karena ada niat pelakunya tetapi karena ada kesempatan. Jika fasilitas lampu saja kurang memadai, hal tersebut seperti memberi kesempatan mereka untuk melakukan tindak kejahatan.
Dari depan gedung satu sampai selasar gedung empat sebenarnya bisa saja dimanfaatkan para mahasiswa. Belum lagi meja bundar di antara gedung dua dan gedung empat. Sangat ideal menjadi ruang publik bagi para mahasiswanya.
Wifi kampus pun tergolong memiliki kecepatan stabil. Hanya saja kerap kali ditemukan setop kontak yang tidak dialiri listrik. Contohnya ada di bangku taman dekat parkiran dan di belakang gedung dua.
Fasilitas parkiran kendaraan pun sering jadi bahan kritik para mahasiswa. Sudah berapa kali kasus hilangnya kendaraan bermotor mahasiswa, baik yang beroda dua maupun roda empat. Entah menyalahkan siapa ketika kejadian tersebut sudah terjadi. Tetapi seharusnya Fikom lebih memperketat aturan tentang lahan parkir.
Di Fikom kalian bisa bebas keluar masuk dengan hanya memberi uang parkir sebesar Rp2.000 tanpa menunjukan STNK motor ataupun tanda pengenal. Seringkali ditemukan mahasiswa mudah berkelit dari tagihan uang parkir dengan alasan nanti kembali lagi ke kampus.
Tentunya jika hal tersebut dibiarkan akan memancing para pelaku pencurian motor menirukan cara mereka untuk hal yang tidak baik. Mereka tidak perlu takut untuk ditagih kartu identitas atau surat kendaraan karena tidak akan diperiksa oleh sang penjaga parkir.
Akan lebih baik jika Fikom memberi karcis parkir dan juga sebelum keluar dari lingkungan kampus mereka harus menunjukkan surat-surat kendaraan mereka agar terhindar dari pencurian. Saat Fikom sedang ramai saja tak jarang para pencuri berhasil melancarkan aksinya, bagaimana jika keadaan kampus sedang sepi? Tentu saja para pencuri akan lebih leluasa untuk menjalankan aksinya.
Pada sebuah kasus pencurian yang menimpa salah satu mahasiswa Fikom, bisa ditarik kesimpulan bahwa penjaga parkir pun tidak mengawasi kendaraan dengan baik. Dia hanya berdiri menjulurkan tangan kanan saat maling motor hendak keluar dari parkiran.
Jika saja ada pemeriksaan surat-surat atau menunjukan karcis, bisa dikatakan kejadian itu tidak akan terjadi. Apalagi saat dicek melalui kamera CCTV, wajah pelaku tidak terlihat jelas karena infra merah dari CCTV tidak bekerja secara maksimal.
Paling tidak, banyaknya penerangan kondisi di sekitar kampus lebih bisa terkontrol. Percuma jika ada CCTV kalau keadaan di sekitar tidak bisa di kontrol. Gambar pun tidak akan terlihat jelas karena minimnya pencahayaan. Selanjutnya, mahasiswa sendiri akan merasa nyaman ketika fasilitas penunjang di kampusnya lengkap.
(ded/ded)