Jakarta, CNN Indonesia -- Daniel Goleman dalam bukunya Emotional Intellegence menyampaikan, “Orang yang berpandangan cerah, tentu saja lebih mampu bertahan menghadapi keadaan sulit, termasuk kesulitan medis.” (Goleman, 1996). Namun, bagaimana jika sebaliknya?
Kesehatan mental merupakan sebuah kondisi di mana individu terbebas dari segala bentuk gejala-gejala gangguan mental. Individu yang sehat secara mental dapat berfungsi secara normal dalam menjalankan hidupnya khususnya saat menyesuaikan diri untuk menghadapi masalah-masalah yang akan ditemui sepanjang hidup seseorang dengan menggunakan kemampuan pengolahan stres.
Kesehatan mental merupakan hal penting yang harus diperhatikan selayaknya kesehatan fisik. Diketahui bahwa kondisi kestabilan kesehatan mental dan fisik saling mempengaruhi. Gangguan kesehatan mental bukanlah sebuah keluhan yang hanya diperoleh dari garis keturunan. Tuntutan hidup yang berdampak pada stres berlebih akan berdampak pada gangguan kesehatan mental yang lebih buruk.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berbagai penelitian memberikan hasil bahwa adanya hubungan antara kesehatan fisik dan mental seseorang, di mana pada individu yang menderita sakit secara fisik menunjukkan adanya masalah psikis hingga gangguan mental. Sebaliknya, individu dengan gangguan mental juga menunjukkan adanya gangguan fungsi fisiknya. Sehat dan sakit merupakan kondisi biopsikososial yang menyatu dalam kehidupan manusia. Pengenalan konsep sehat dan sakit, baik secara fisik maupun psikis merupakan bagian dari pengenalan manusia terhadap kondisi dirinya dan bagaimana penyesuaiannya dengan lingkungan sekitar.
Tidak sedikit penderita gangguan mental cenderung depresi memilih mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri. Menurut data WHO (World Health Organization) pada 2010, angka bunuh diri akibat depresi di Indonesia mencapai 1,6 sampai 1,8 per 100.000 jiwa. Tentu jika tidak ada upaya bersama pencegahan bunuh diri, angka tersebut bisa tumbuh dari tahun ke tahun. WHO memprediksi pada 2020 angka bunuh diri di Indonesia secara global menjadi 2,4 per 100.000 jiwa.
Data di atas menyimpulkan bunuh diri akibat gangguan mental telah menjadi masalah yang butuh konsentrasi besar karena terus meningkatnya jumlah di setiap negara berpenghasilan rendah dan sedang. Hampir satu juta orang meninggal setiap tahun akibat bunuh diri. Ini berarti kurang lebih setiap 40 detik jatuh korban bunuh diri.
Ronny T. Wirasto, psikiater lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada, dalam makalahnya yang berjudul
Suicide Prevention in Indonesia: Providing Public Advocacy menyebut peristiwa bunuh diri di Indonesia banyak terkait dengan gangguan kesehatan mental, permasalahan keluarga, penyalahgunaan alkohol dan obat-obatan terlarang, sikap tak menghormati agama, serta hubungan sosial yang buruk.
Khusus di Jakarta, Ronny mengatakan ada sebanyak 100.000 orang yang pernah mencoba untuk bunuh diri pada tahun 2006. Kebanyakan kata Ronny, disebabkan masalah sosial dan ekonomi.
Sulit untuk menjelaskan mengenai penyebab mengapa orang memutuskan untuk melakukan bunuh diri. Sedangkan yang lain dalam kondisi yang sama bahkan lebih buruk tetapi tidak melakukannya.
Beberapa gejala dini yang harus diperhatikan untuk mendeteksi secara dini percobaan bunuh diri pada individu seperti kesedihan, kecemasan, perubahan suasana perasaan, keresahan (kebingungan), cepat marah, penurunan minat terhadap aktivitas sehari-hari seperti kebersihan penampilan, makan sulit tidur, sulit untuk mengambil keputusan, perilaku menyakiti diri sendiri seperti tidak mau makan, melukai diri dan mengisolasi diri.
Banyak penderita gangguan mental yang ingin menyudahi hidupnya dengan bunuh diri sebenarnya berjuang secara intensif dengan ambivalensi pemikirannya dan itu penting bagi kita untuk membimbing dan menolong mereka. Semua anggota masyarakat dapat melakukan tindakan yang akan menyelamatkan kehidupan dan mencegah bunuh diri pada individu dan keluarga. Sangat dibutuhkan kerjasama yang erat antara individu, keluarga, masyarakat, profesi dan pemerintah untuk bersama mengatasi masalah bunuh diri.
Sementara bagi kamu yang sedang dalam kondisi depresi dan merasakan tendensi untuk melakukan bunuh diri, atau melihat teman atau kerabat yang menujukkan tendensi tersebut, amat disarankan untuk menghubungi dan berdiskusi dengan tenaga kesehatan jiwa profesional seperti psikolog atau psikiater maupun klinik kesehatan jiwa.
Untuk mempermudah pencegahan, Direktorat Bina Pelayanan Kesehatan Jiwa Kementerian Kesehatan Republik Indonesia telah membina telepon pelayanan konseling khusus terkait berbagai masalah kejiawaan selama 24 jam. Dengan hotline bernomor kontak 021-500-454, semua masyarakat Indonesia bebas meluapkan segala keluhan jiwanya.
Depression, doesn’t mean you have to be alone. (ded/ded)