Bullying, Masih zaman?

Deddy Sinaga | CNN Indonesia
Kamis, 08 Feb 2018 09:27 WIB
Kasus bullying alias perudungan masih marak di Indonesia. Mengapa? Apa solusinya?
Ilustrasi (Foto: Thinkstock/Gustavofrazao)
Jakarta, CNN Indonesia -- Setelah membaca judul artikel ini berulang kali, saya jadi bertanya-tanya terhadap diri saya sendiri. Masih zamankah bullying alias perundungan hingga sekarang?

Melihat banyaknya kasus perundungan di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir, membuat saya berpikir bahwa perundungan masih banyak terjadi di lingkungan sekolah di mana biasanya senior menindas adik kelasnya sebagai bentuk "Selamat datang di sekolah baru" atau bagi mereka yang memiliki status sosial yang tinggi.

Seringkali, kasus perundungan yang pernah terjadi beberapa tahun belakangan di Indonesia dianggap sebagai hal sepele. Padahal, dampaknya dapat merusak mental si korban itu sendiri di masa depan. Dapat menurunkan rasa kepercayaan diri seseorang sehingga banyak dari korban perundungan yang lebih suka menyendiri, murung dan pendiam, cenderung takut bertemu dengan orang baru atau berkenalan dengan orang lain di lingkungan baru.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pada umumnya, kasus perundungan terjadi pada anak yang sensitif, kurang bisa bersosialisasi, anak yang mudah gelisah, anak yang pasif, anak yang cenderung mengalah, mudah depresi juga berpotensi menjadi korban perundungan. Selain itu, anak yang memiliki kekurangan atau anak berkebutuhan khusus juga berpotensi menjadi korban. Namun kondisi ini seringkali tak terpantau dan lepas dari perhatian orang tua, guru bahkan orang sekitar. Mayoritas guru dan orangtua berpikir bahwa perundungan yang terjadi pada anak hanyalah masalah kecil dan tak berdampak negatif.

Macam–macam perundungan seperti yang kita ketahui, terbagi menjadi 4, yaitu: penindasan secara verbal, penindasan secara fisik, penindasan secara relasional dan cyber-bullying atau lebih di kenal penindasan melalui Internet.

Dari 4 macam penindasan tersebut, yang pernah saya alami adalah penindasan secara verbal, yaitu melalui kata–kata. Saya pernah mengalami sewaktu saya masih duduk di bangku Sekolah Dasar. Teman–teman pernah mengejek saya, dan menganggap hal tersebut suatu candaan belaka. Saya hanya bisa diam waktu itu karena saya takut dan saya tidak memiliki teman yang cukup banyak. Tetapi, pada akhirnya saya bisa bangkit dari masa tersebut.

Saya hanya ingin menghimbau kalian para pembaca untuk berani melawan mereka yang menindas kamu sekalipun kamu tidak memiliki banyak teman seperti saya. Kamu harus percaya diri, dan buktikan kalau kamu tidak seperti yang mereka katakan. Jangan menyerah. (ded/ded)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER