Jakarta, CNN Indonesia -- Apakah kalian suka membaca cerita fiksi? Pernahkah kalian mempunyai keinginan untuk bisa menulis sebuah cerita yang bagus?
Pekan lalu, SMP Labschool Kebayoran bekerja sama dengan Indonesia Writing Edu Centre (IWEC) untuk mengadakan pelatihan menulis cerpen sebagai salah satu aktivitas di ajang Art, Culture, Education, and Sport eXpo (ACEX) 2018.
Pesertanya 20 orang, dari SMP Labschool Kebayoran dan SMP Muhammadiyah 10. Yang menarik tentu materinya, yang disampaikan oleh Kak Cahya Hanifa, Kak Faturrahman atau biasa dipanggil Kak Atunk, dan Kak Fairuza Hanun Razak, yang biasa dipanggil Kak Hanun.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Psst, Kak Hanun ini baru berumur 14 tahun, lho! Walau begitu, dia sudah menerbitkan tiga buku dan juga dipercaya menjadi penerjemah buku dari usia 10 tahun. Keren, kan?
Nah, di dalam pelatihan ini, kita diajarkan bagaimana caranya untuk bisa menulis dengan baik. Oh iya, kalian tahu enggak, manfaat menulis apa saja?
Selain dapat menyampaikan ide kita ke banyak orang, menulis bisa menjadi ajang curhat yang sehat dengan menulis diari atau pun blog. Kita juga bisa meyakinkan dan mengajak pembaca untuk melakukan sesuatu. Dengan menulis, kita dapat menjadi penulis buku, wartawan, penulis artikel lepas, blogger, dan masih banyak lagi. Wah keren, ya? Mungkin kita bisa menulis seperti J. K. Rowling, hehehe.
Nah, untuk bisa menulis cerita, kita harus menentukan siapa saja tokoh yang ada di dalam cerita kita. Tentukan karakter tokoh-tokoh di dalam cerita kita. Kita juga harus menentukan cerita ini akan ditulis dari sudut pandang siapa, dan juga latar ceritanya.
Lalu, kita buat sinopsis ceritanya, namun jangan masukkan akhirannya, ya, supaya pembacanya akan tetap merasa penasaran. Setelah itu, kita buat alur dan plotnya.
Apa perbedaan diantara alur dan plot? Alur adalah jalannya cerita dan plot adalah naik turunnya emosi dalam cerita. Kita harus membuat poin-poin plotnya. Pertama ada pengenalan cerita atau intro, lalu ada complication (awal konflik), rising action (menuju konflik), climax (puncak konflik), anticlimax (konflik menurun), dan akhirnya, ending (penyelesaian).
Setelah membuat poin-poin tersebut, baru bisa kita kembangkan menjadi sebuah cerita. Terdengar gampang, sih, tapi sebenarnya challenging.
Ketika menulis, terutama cerita fiksi, kita tidak boleh menyatakan perasaan atau emosi yang dialami tokoh, namun mendeskrisikan perwatakan tubuh atau mimik muka sang tokoh. Misalnya ketika tokoh tersebut ketakutan, kita tidak boleh menulis kata "Dia ketakutan". Tetapi dengan: "Jantungku terasa berhenti berdetak. Keringat dingin mulai membasahi tubuhku".
Selain itu, ketika menulis dialog atau percakapan di dalam cerita dan berbeda tokoh, harus di paragraf yang berbeda. Misalnya:
"Aku tidak takut denganmu!" Serunya kepada Sang Naga Putih sambil mengeplakan tangannya.
"Hmm! Baiklah mari kita berduel. Siapa yang menang dia yang akan menguasai kerajaan ini," kata Sang Naga Putih tak mau kalah.
Manfaat menulis itu banyak banget lho. Salah satunya, menurut Kak Hanun, adalah meningkatkan kemampuan berkomunikasi. Wah, no wonder Kak Hanun sangat percaya diri tampil di depan!
Oh iya, kata Kak Atunk, menjadi penulis itu harus tetap menjaga asupan nutrisi, jangan sampai kelewatan waktu makan. Jangan pikir, karena menulis hanya duduk diam di depan meja berarti tidak perlu makan, karena berpikir juga menguras energi, kawan!
Bagi kalian yang pernah menulis cerita, tentunya tahu dong, apa itu writer's block. Yap, writer's block adalah kondisi di mana kita kehabisan ide saat menulis. Nah, untuk kalian yang sedang mengalami writer's block, Kak Atunk punya beberapa tips, nih! Tipsnya cukup sederhana, yaitu istirahat. Mengapa?
Ketika istirahat, ide atau inspirasi bisa didapat secara internal, hadir di pikiran kita dengan sendirinya. Ketika menonton televisi dan mendapati iklan, ide atau insipirasi muncul secara eksternal. Musik juga merupakan sarana yang bagus untuk mencari ide atau inspirasi ketika kalian menghadapi writer's block.
Menurut Kak Hanun, kriteria cerpen yang bagus ada 6, yaitu concept, vocabulary, grammar, plot, and characterization. Keenam unsur itulah yang paling penting untuk diperhatikan.
Hmm, kalau kalian ingin menerbitkan cerpen, di mana kalian akan mengirimnya? Kalau dulu, kan, ada majalah khusus cerpen seperti Anita Cemerlang, bagaimana dengan sekarang?
"Sebenarnya, kalau sekarang penerbitan cerpen khususnya anak muda udah berubah dari ke cetak jadi online, kalau waktu aku kecil dulu kan ada rubik khusus kayak di majalah Hai dan Kawanku. Kalau sekarang biasanya anak muda nulis cerpen di media online seperti Wattpad," tutur Kak Cahya. Hmm, boleh juga tuh, hahaha.
Saat pelatihan, seluruh peserta diminta membuat ceritanya masing-masing berdasarkan materi yang diberikan. Para peserta tampak antusias. Termasuk Icha, siswi dari SMP Muhammadiyah 10. Dia mengikuti pelatihan tersebut karena ia ingin mengetahui lebih tentang cara menulis dan ingin mengetahui perbedaan antara novel dengan cerpen.
Adapun Iin dan Adinda, siswi dari sekolah yang sama, menyatakan bahwa mereka mengikutinya karena dipilih oleh sekolah dengan cara seleksi menulis cerita tentang memori masa lalu dan persahabatan. Adinda menjelaskan bahwa ia menulis tentang masa lalunya yang di-
bully.
Menurut mereka yang paling sulit dalam menulis cerita adalah mencari idenya. Namun dapat diatasi dengan menulisnya berdasarkan pengalaman mereka. "Pelatihan cerpen ini sangat berguna karena dapat jadi lebih mengerti cara menulis cerita dan menjadi lebih suka menulis," kata Adinda.
(ded/ded)