![]() |
Kesultanan Mataram Islam salah satu kerajaan bercorak Islam yang terbesar di Nusantara khususnya di Pulau Jawa. Kala itu, pusat pemerintahan Kesultanan Mataram Islam berada di Kutagede, Yogyakarta.
Pada mulanya, Sultan Hadiwijaya dari Kesultanan Pajang memberikan sebidang tanah kepada Ki Ageng Pemanahan atau yang dikenal dengan Jaka Tingkir.
Pemberian sebidang tanah oleh Sultan Hadiwijaya sebagai balas jasa atas bantuan Jaka Tingkir melawan Arya Penangsang dari Kerajaan Jipang saat berusaha menaklukan Kesultanan Pajang. Namun di kemudian hari, anak dari Jaka Tingkir malah merebut kekuasaan Kesultanan Pajang.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Masa awal berdirinya Kesultanan Mataram Islam ditandai dengan perebutan wilayah Pajang oleh Sutawijaya yang bergelar Panembahan Senapati.
Berhasil direbutnya Pajang membuat Kerajaan Mataram menjadi salah satu Kesultanan Islam yang berkembang pesat di tanah Jawa.
Wilayah Pajang merupakan wilayah dari Kesultanan Pajang yang masuk dalam kekuasaan Kesultanan Demak yang merupakan Kesultanan Islam pertama di Pulau Jawa dengan pusat pemerintahan di Surakarta.
Sebagai penguasa Pajang, Sutawijaya melakukan berbagai cara untuk menjadikan wilayah Kesultanan Mataram sebagai pusat agama Islam.
Salah satu langkah yang dilakukan Kesultanan Mataram Islam memperkenalkan Islam adalah menerjemahkan naskah Arab dan Alquran ke Bahasa Jawa. Terjemahan tersebut disebarkan melalui pesantren di wilayah Kesultanan Mataram Islam.
Selain pesantren, Kesultanan Mataram Islam banyak membangun rumah ibadah sebagai media memperkenalkan dan menjadikan rumah ibadah sebagai pusat penyiaran agama Islam ke masyarakat.
Kejayaan Mataram Islam dimulai saat masa pemerintahan Sultan Agung Hanyakrakusuma atau yang dikenal dengan nama asli Raden Mas Rangsang.
Sultan Agung memerintah Mataram Islam pada 1613 hingga 1645. Di bawah pemerintahannya, Sultan Agung berhasil menguasai banyak daerah di Tanah Jawa.
Cakupan wilayah kekuasaannya meliputi Jawa Tengah, Jawa Timur, dan sebagian Jawa Barat. Segala aspek sosial, budaya, ekonomi, seni, hukum, dan militer berkembang baik dan pesat.
Sultan Agung juga melakukan perlawanan kepada VOC dengan bekerja sama dengan Kesultanan Banten dan Cirebon. Namun sayang masa kejayaannya sirna, saat Sultan Agung kalah perang merebut Batavia.
Sultan Agung saat itu berniat menendang Belanda dari seluruh wilayah di Pulau Jawa. Sepeninggal Sultan Agung, Amangkurat I yang merupakan anak dari Sultan Agung naik takhta.
Semasa jaya Kerajaan Mataran Islam banyak meninggalkan barang, situs, dan seni bersejarah yang masih dapat dijumpai sampai hari ini. Peninggalan tersebut berupa karya sastra Ghending, penerapan tahun saka (kalender Jawa), kerajinan perak.
Kemudian Masjid Agung Negara, Masjid Jami Pakuncen, Gapura Makam Kota Gede, Pasar Legi Kotagede, Masjid Gedhe Mataram, makam-makam raja Mataram, dan Masjid Agung Surakarta di Solo.
(imb/fef)