Jakarta, CNN Indonesia --
Indonesia memiliki sejumlah peninggalan sejarah kerajaan bercorak Buddha. Maklum saja, beberapa kerajaan dan pusat ajaran Buddha berada di Nusantara pada masa lampau.
Mulai dari candi, prasasti, arca, hingga karya sastra. Setiap peninggalan sejarah tersebut memiliki fungsinya masing-masing di masanya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Candi merupakan bangunan keagamaan atau tempat ibadah pada masa purbakala. Bangunan ini digunakan untuk ritual ibadah, memuja dewa-dewi, dan penghormatan bagi leluhur.
Sementara prasasti adalah piagam atau dokumen yang ditulis pada bahan keras dan tahan lama, seperti batu dan logam. Sedangkan arca adalah patung sebagai media keagamaan untuk memuja dewa-dewi.
Berikut daftar peninggalan sejarah bercorak Buddha di Tanah Air.
1. Candi Borobudur
 Candi Borobdur yang ada sejak masa Dinasti Syailendra merupakan salah satu peninggalan sejarah bercorak Buddha. (iStock/sihasakprachum) |
Candi Borobudur yang saat ini tengah jadi pembicaraan publik karena wacana kenaikan harga tiket masuk ke area stupa menjadi Rp750 ribu per turis lokal, merupakan peninggalan sejarah bercorak Buddha.
Bangunan yang berdiri di masa pemerintahan Wangsa Syailendra pada 800 Masehi ini merupakan candi Buddha terbesar di dunia. Candi Borobudur memiliki tiga pelataran melingkar dengan sau stupa utama, 72 stupa berlubang, 2.672 panel relief, dan 504 arca Buddha.
Candi yang menjadi tempat ibadah umat Buddha di Indonesia dan dunia itu terletak di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. UNESCO memasukkan Candi Borobudur sebagai salah satu situs warisan dunia.
2. Candi Muara Takus
Beberapa sejarawan menyebut Candi Muara Takus yang terletak di Kabupaten Kampar, Riau ini merupakan salah satu peninggalan Kerajaan Sriwijaya, kerajaan maritim bercorak Buddha terbesar di Nusantara.
Namun para ahli purbakala belum dapat menentukan secara pasti kapan candi ini didirikan. Yang pasti, Candi Muara Takus merupakan candi tertua di Pulau Sumatra.
Bahkan, ini merupakan satu-satunya situs peninggalan sejarah yang berbentuk candi di Riau. Di kompleks candi ini ada bangunan lain yang terdiri atas Candi Tua, Candi Bungsu, Stupa Mahligai, serta Palangka.
3. Candi Sewu
 Candi Sewu yang berada di Klaten, Jawa Tengah ini merupakan salah satu peninggalan sejarah bercorak Buddha. (ANTARA FOTO/ Aloysius Jarot Nugroho) |
Candi Sewu merupakan kompleks candi Buddha terbesar kedua setelah Candi Borobudur. Namun, candi ini berusia lebih tua dari Candi Borobudur, meski sama-sama dibangun pada 800 Masehi.
Uniknya, Candi Sewu yang terletak di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah ini sebenarnya memiliki 249 candi. Tapi, masyarakat sekitar menamainya Candi Sewu yang berarti seribu dalam bahasa Jawa. Penamaan ini berdasarkan kisah legenda Roro Jonggrang.
Kompleks candi ini dibangun di akhir masa pemerintahan Rakai Panangkaran, raja termahsyur dari Kerajaan Mataram Kuno.
Namun sempat dipugar di masa pemerintahan Rakai Pikatan, pangeran dari Dinasti Sanjaya yang menikah dengan Pramodhawardhani dari Dinasti Syailendra.
4. Prasasti Kedukan Bukit
Prasasti yang ditemukan di Kampung Kedukan Bukit, Kota Palembang, Sumatera Selatan ini merupakan peninggalan Kerajaan Sriwijaya. Prasasti ini ditemukan oleh orang Belanda bernama C. J. Batenburg pada 29 November 1920.
Sejarahwan menyebut peninggalan sejarah bercorak Buddha ini dibuat pada 683 Masehi. Prasasti itu mengisahkan soal kemajuan pelayaran Indonesia di masa Kerajaan Sriwijaya.
Informasi ditulis dengan aksara Pallawa dan menggunakan bahasa Melayu Kuno. Saat ini, Prasasti Kedukan Bukit disimpan di Museum Nasional Indonesia.
Peninggalan sejarah bercorak Buddha, lanjut sebelah...
5. Prasasti Kota Kapur
Prasasti Kota Kapur ditemukan di pesisir barat Pulau Bangka, Bangka Belitung. Penemunya adalah J. K. van der Meulen pada Desember 1892.
Ini juga merupakan peninggalan sejarah dari Kerajaan Sriwijaya dan merupakan prasasti pertama yang ditemukan. Prasasti ini merupakan satu dari lima prasasti yang dibuat oleh Dapunta Hyang, penguasa Kerajaan Sriwijaya.
Informasi dalam prasasti menyebut bahwa Sriwijaya merupakan kerjaaan yang kuat dan berkuasa di bagian barat Nusantara, Semenanjung Malaya, hingga Thailand bagian selatan.
6. Prasasti Telaga Batu
Prasasti ini ditemukan di Kolam Telaga Biru di Kelurahan Ilir, Kota Palembang, Sumatera Selatan pada 1935. Saat ditemukan ada dua prasasti, yaitu Prasasti Telaga Batu 1 dan Prasasti Telaga Batu 2.
Seperti dua prasasti sebelumnya, Prasasti Telaga Batu juga menggunakan aksara Pallawa dan berbahasa Melayu Kuno. Ini juga dianggap sebagai peninggalan Kerajaan Sriwijaya.
Prasasti ini berisi soal kutukan kepada siapa saja yang melakukan kejahatan di wilayah Kerajaan Sriwijaya dan tidak patuh dengan peraturan yang ada. Prasasti Telaga Batu memiliki hiasan tujuh kepala ular kobra di bagian atas dan satu pancuran di bagian bawah.
7. Arca Sang Buddha Gautama
 Ilustrasi. Arca Sang Buddha Gautama yang berada di Mamuju, Sulawesi Barat merupakan salah satu peninggalan sejarah bercorak Buddha. (Pixabay/Alexis) |
Arca peninggalan Kerajaan Mataram Kuno ini ditemukan di Desa Sikendeng, Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat pada 1921. Patung Buddha ini terbuat dari perunggu.
Patung Buddha Gautama diperkirakan dibuat pada 200 Masehi. Sejarahwan menyebut patung Sang Buddha Gautama punya corak yang berbeda dengan patung lain di Candi Borobudur maupun peninggalan Kerajaan Sriwijaya.
Para sejarahwan menduga peninggalan sejarah bercorak Buddha ini punya kekhasan yang sama dengan arca yang ditemukan di Amarawaty, India. Hal ini membuat spekulasi muncul bahwa arca Buddha Gautama tersebut dibawa langsung dari India.
8. Arca Prajnaparamita
Arca berbahan batu andesit ini diperkirakan dibuat pada 1300 Masehi. Patung Prajnaparamita ditemukan di dekat Candi Singasari, Kota Malang, Jawa Timur.
Hal ini membuat arca diduga merupakan peninggalan Kerajaan Singasari. Arca Prajnaparamita dianggap punya nilai estetika dan sejarah yang besar.
Selain itu, Arca Prajnaparamita juga dianggap sebagai mahakarya seni klasik Jawa kuno. Saat ini, Arca Prajnaparamita ada di Museum Nasional Indonesia.
9. Kitab Nagarakretagama
Kitab Nagarakretagama merupakan karya Mpu Prapanca alias Dang Acarya Nadendra. Ia merupakan salah satu pembesar ajaran Buddha di Istana Majapahit.
Kitab ini punya arti judul 'Negar dengan tradisi agama yang suci'. Di dalamnya berisi informasi seputar Kerajaan Majapahit di masa pemerintahan Hayam Wuruk.
Segala informasi di dalamnya ditulis dengan bahasa Jawa kuno. Saat ini, Kitab Nagarakretagama masuk sebagai cagar budaya Indonesia.
10. Kitab Sutasoma
Kitab Sutasoma merupakan karya Mpu Tantular. Seperti Kita Nagarakretagama, Kitab Sutasoma juga dibuat di era kejayaan Kerajaan Majapahit pada masa kepemimpinan Hayam Wuruk.
Salah satu petikan dari Kitab Sutasoma yang terkenal sampai saat ini adalah 'Bhineka Tunggal Ika'. Ini kemudian menjadi cikal bakal lahirnya Pancasila.
Artinya, peninggalan sejarah bercorak Buddha yang satu ini mengajarkan toleransi antaragama.