Sejarah Peristiwa Rengasdengklok: Latar Belakang dan Kronologi

CNN Indonesia
Rabu, 16 Agu 2023 07:00 WIB
Sejarah Peristiwa Rengasdengklok adalah momen penting dalam perjalanan menuju kemerdekaan Indonesia. Simak uraiannya.
Ilustrasi. Sejarah peristiwa Rengasdengklok: latar belakang dan kronologi (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)
Jakarta, CNN Indonesia --

Sejarah Peristiwa Rengasdengklok adalah momen penting dalam perjalanan menuju kemerdekaan Indonesia.

Peristiwa Rengasdengklok diawali dari penculikan Soekarno, persiapan dan proses pelaksanaan proklamasi kemerdekaan di rumah Bung Karno, hingga puncaknya perjuangan yaitu pengumuman proklamasi kemerdekaan Indonesia.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dirangkum dari buku Selangkah Lebih Dekat dengan Soekarno (2018) dan sumber lainnya, berikut ini uraian lengkap tentang sejarah peristiwa Rengasdengklok

Latar Belakang Peristiwa Rengasdengklok

Monumen Kebulatan TekadIlustrasi. Sejarah peristiwa Rengasdengklok: latar belakang dan kronologi (CNN Indonesia/Agung Rahmadsyah)

Peristiwa Rengasdengklok merupakan aksi penculikan terhadap Soekarno dan Mohammad Hatta yang dilakukan oleh sekelompok pemuda.

Beberapa pemuda yang terlibat dalam penculikan ini antara lain Sukarni, Wikana, dan Chaerul Saleh. Mereka semua merupakan anggota dari perkumpulan "Menteng 31".

Jiwa kepahlawanan mereka tergerak setelah berdiskusi dengan Ibrahim gelar Datuk Tan Malaka yang tergabung dalam gerakan bawah tanah.

Pada 16 Agustus 1945, Soekarno bersama dengan Fatmawati dan Guntur Soekarnoputra yang saat itu berusia 9 bulan, serta Mohammad Hatta, dibawa ke Rengasdengklok oleh Shodanco Singgih, seorang anggota PETA, dan sejumlah pemuda lainnya.

Di Rengasdengklok, Karawang, para pemuda mendesak Soekarno dan Hatta untuk segera memproklamasikan kemerdekaan Republik Indonesia.

Soekarno dan Hatta menolak tuntutan tersebut. Sebelumnya, telah ada kesepakatan antara golongan tua (Soekarno, Hatta, dan Mr. Achmad Soebardjo) dengan golongan muda, mengenai waktu yang tepat untuk melaksanakan proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia.

Namun, para pemuda tetap mendesak Soekarno dan Hatta untuk segera mempercepat proklamasi kemerdekaan. Meskipun menghadapi desakan, Soekarno dan Hatta tetap tidak mengubah pendiriannya.

Chairul Saleh dan teman-temannya yang berada di Jakarta kemudian menyusun rencana untuk merebut kekuasaan. Namun, rencana yang mereka susun tidak berhasil karena tidak semua anggota PETA mendukungnya.

Tujuan para pemuda membawa Soekarno dan Hatta sebenarnya memiliki maksud yang baik, yaitu agar Soekarno dan Hatta tidak terpengaruh oleh Jepang.

Berita yang menyebutkan bahwa Jepang akan menyerah kepada sekutu telah terdengar. Meskipun demikian, para pemuda terus berusaha meyakinkan Soekarno dengan mengatakan bahwa Jepang telah menyerah dan para pejuang Indonesia, termasuk golongan muda, telah siap untuk melawan Jepang apapun risikonya.

Kronologi Peristiwa Rengasdengklok

Peristiwa Rengasdengklok adalah momen bersejarah di mana tokoh organisasi berhasil meyakinkan para pemuda untuk tidak terburu-buru dalam memproklamasikan kemerdekaan.

Sebelumnya, Bung Karno dan Bung Hatta merencanakan bahwa proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia akan diumumkan pada Jumat, 17 Agustus 1945, di Lapangan Ikada (kini Monas), atau di rumah Bung Karno di Jalan Pegangsaan Timur No. 56.

Namun, akhirnya diputuskan untuk membacakan proklamasi di rumah Bung Karno. Keputusan ini diambil karena ada pengumuman acara lain di Lapangan Ikada, dan tentara Jepang berjaga-jaga untuk mencegah potensi kericuhan di sana, termasuk saat pembacaan naskah proklamasi.

Oleh karena itu, rumah Bung Karno menjadi lokasi yang lebih aman dan sesuai. Sebelumnya, Bung Karno dan Bung Hatta bersama-sama menyusun teks proklamasi di Rengasdengklok. Teks tersebut disusun di rumah seorang Tionghoa, yaitu Djiaw Kie Siong.

Pada tanggal 16 Agustus 1945, bendera merah putih, sebagai bendera pusaka Indonesia, sudah dikibarkan oleh para pejuang Indonesia di Rengasdengklok sebagai persiapan menjelang proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia.

Sementara itu para pemuda di Jakarta belum mendapatkan kabar terkini dari Rengasdengklok. Jusuf Kunto dikirim untuk berunding dengan para pemuda di Jakarta, tetapi ia hanya berhasil bertemu dengan Wikana dan Mr. Achmad Soebardjo.

Mereka berdua berangkat ke Rengasdengklok untuk menjemput Soekarno, Mohammad Hatta, Fatmawati, dan Guntur.

Sesampainya di Rengasdengklok, Achmad Soebardjo mengajak Bung Karno dan Bung Hatta untuk segera kembali ke Jakarta guna membacakan proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia.

Pembacaan proklamasi tersebut kemudian dilakukan di Jalan Pegangsaan Timur No. 56, yaitu di rumah Bung Karno. Pada tengah malam tanggal 16 Agustus, rombongan dari Rengasdengklok tiba di Jakarta untuk melanjutkan peristiwa penting berikutnya.

Hasil Peristiwa Rengasdengklok

Pada tanggal 17 Agustus 1945, peristiwa bersejarah mencapai puncaknya ketika pernyataan proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia secara resmi dikumandangkan.

Teks proklamasi ini disusun oleh sejumlah tokoh besar, termasuk Soekarno, Mohammad Hatta, Achmad Soebardjo, Sudiro, dan Sayuti Melik.

Dalam penyusunan teks proklamasi ini Sayuti Melik memiliki peranan penting. Ia bertugas mengetik naskah menggunakan mesin tik yang diambil dari kantor perwakilan angkatan laut Jerman, milik Mayor (Laut) Dr. Hermann Kandeler.

Golongan pemuda juga turut serta dalam perundingan penyusunan teks proklamasi kemerdekaan Indonesia.

Konsep teks proklamasi itu sendiri ditulis oleh Soekarno, yang dijuluki sebagai proklamator kemerdekaan Republik Indonesia karena ia menjadi orang yang menulis dan membacakan teks proklamasi.

Pada 17 Agustus 1945, acara pembacaan proklamasi dimulai di kediaman Soekarno, yaitu di Jalan Pegangsaan Timur No. 56, pukul 10.00. Soekarno membacakan teks proklamasi dengan pidato singkat dan tidak menggunakan naskah tertulis.

Acara ini dihadiri oleh beberapa tokoh penting seperti Soewirjo, Wilopo, Gafar Pringgodigdo, Tabrani, dan Trimurti.

Setelah pidato singkat dan pembacaan teks proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia oleh Soekarno selesai, bendera merah putih yang dijahit oleh Fatmawati mulai dikibarkan.

Sambutan juga disampaikan oleh Soewirjo, yang saat itu menjabat sebagai wakil walikota Jakarta, serta sambutan dari Moewardi selaku pemimpin Barisan Pelopor.

Bendera pusaka yang dikibarkan pada saat itu, kini disimpan di Museum Tugu Monumen Nasional. Bendera merah putih tersebut tetap menjadi bendera bangsa Indonesia hingga saat ini, untuk mewakili semangat dan kemerdekaan negara Indonesia.

Peristiwa ini menjadi tonggak sejarah yang mengukuhkan kemerdekaan Republik Indonesia, sebuah momen bersejarah yang diabadikan dan dirayakan setiap tahun pada tanggal 17 Agustus.

Demikian sejarah peristiwa Rengasdengklok, semoga semangat perjuangan mereka dapat menginspirasi kita semua.

(mrs/juh)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER