Revolusi Nasional Indonesia adalah sebuah konflik bersenjata dan pertentangan diplomasi antara Indonesia melawan Belanda yang dibantu oleh pihak sekutu.
Konflik ini berlangsung selama empat tahun, mulai 17 Agustus 1945 sampai pengakuan kemerdekaan Indonesia oleh Belanda pada Desember 1949. Berikut sejarah Revolusi Nasional Indonesia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Revolusi Nasional Indonesia berawal saat Soekarno memproklamasikan kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945. Hal tersebut menandai bahwa Indonesia memiliki kedaulatannya sendiri yang diakui sama seperti negara-negara merdeka lainnya.
Namun, Belanda ingin kembali ke Indonesia, padahal Indonesia baru saja terbebas dari penjajahan Jepang. Belanda kembali ke Indonesia tepat pada saat Indonesia merdeka di tahun 1945.
Saat kembali, Belanda juga meminta bantuan negara-negara sahabat untuk membersihkan sisa-sisa pemberontakan dan penjajahan Jepang.
Melihat Belanda hendak menguasai kembali Indonesia, sejumlah pihak bersatu untuk menuntut kebebasan Indonesia dari Belanda, seperti dikutip dari buku Nationalism and Revolution in Indonesia.
Pergerakan nasionalis untuk mendukung kemerdekaan Indonesia, seperti Budi Utomo, Partai Nasional Indonesia, Sarekat Islam, dan Partai Komunis Indonesia bertumbuh cepat di abad 20.
Gerakan nasionalis tersebut memprakarsai strategi kerja sama dengan mengirim wakil mereka ke Volksraad (Dewan Rakyat) dengan harapan Indonesia akan diberikan hak memerintah sendiri tanpa campur tangan dari Belanda.
Sementara gerakan nasionalis yang dipimpin oleh Soekarno, Moh. Hatta, dan dua orang mahasiswa nasionalis memilih cara nonkooperatif.
Sekutu termasuk Belanda membentuk suatu badan komando militer bernama Allied Forces for Netherland Indies (AFNEI) untuk kembali merebut kekuasaan di Indonesia.
Mengetahui hal tersebut, masyarakat mulai bergerak untuk melakukan perlawanan yang berujung terjadi perjuangan Revolusi Indonesia.
Sejumlah upaya diplomasi pun dilakukan dalam Revolusi Nasional tersebut, seperti:
Pada 18 September 1948, Republik Soviet Indonesia diproklamasikan di Indonesia oleh anggota PKI yang berniat melakukan pembangkangan atas kepemimpinan Moh. Hatta.
Pertempuran terjadi antara TNI dan PKI dan kemenangan diraih oleh TNI, di mana pemimpin PKI, Musso berhasil ditangkap dan dibunuh di tempat. Kemudian pemerintah berniat untuk membubarkan Kesatuan Gerilya Sulawesi Selatan (KGSS).
Pemimpin KGSS Kahar Muzakkar menuntut agar KGSS dan kesatuan gerilya lainnya digabungkan dalam satu brigade yang disebut Brigade Hasanuddin di bawah pimpinannya.
Namun, tuntutan tersebut ditolak karena dianggap tidak memenuhi syarat untuk dinas militer. Saat akan dilantik sebagai Pejabat Wakil Panglima Tentara dan Tetorium VII, Kahar Muzakkar bersama kelompoknya melarikan diri ke hutan dengan membawa senjata lengkap.
Ia kemudian mengubah nama pasukannya menjadi Tentara Islam Indonesia dan menyatakan menjadi bagian dari DI/TII Kartosuwiryo pada 7 Agustus 1953.
Gerakan Revolusi Nasional Indonesia juga memberikan dampak langsung terhadap kondisi ekonomi, sosial, dan budaya Indonesia, seperti kekurangan bahan makanan dan bahan bakar.
Selain itu, Revolusi Nasional ini menelan banyak korban jiwa. Meski tidak ada data yang akurat, diperkirakan terdapat 45 ribu hingga 100 ribu jiwa melayang.
Sementara untuk rakyat sipil diperkirakan penduduk yang meninggal sekitar 25 ribu hingga 100 ribu jiwa. Untuk Belanda, lebih dari 5 ribu tentaranya kehilangan nyawa.
Demikian penjelasan mengenai sejarah Revolusi Nasional Indonesia. Selamat belajar!
(juh)