Di Mana Terjadinya Pemberontakan G30S PKI? Ini Sejarahnya

CNN Indonesia
Rabu, 27 Sep 2023 09:00 WIB
Ilustrasi. Sejarah dan lokasi di mana terjadinya pemberontakan G30S PKI. (CNN Indonesia/ Adhi Wicaksono)
Jakarta, CNN Indonesia --

Di mana terjadinya pemberontakan G30S PKI? Pertanyaan ini rupanya masih beredar setiap jelang peringatan salah satu sejarah tragis di Indonesia.

G30S PKI adalah singkatan dari Gerakan 30 September, yaitu pemberontakan Partai Komunis Indonesia (PKI) yang dipimpin oleh D.N Aidit untuk menggulingkan pemerintahan Presiden ke-1 Indonesia Soekarno.

Gerakan pemberontakan dilakukan dengan menculik dan membunuh sejumlah anggota Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (TNI AD) yang terdiri dari:

  1. Jenderal TNI (Anumerta) Ahmad Yani
  2. Letnan Jenderal TNI (Anumerta) R. Soeprapto
  3. Letnan Jenderal TNI (Anumerta) S. Parman
  4. Mayor Jenderal TNI (Anumerta) M.T Haryono
  5. Mayor Jenderal TNI (Anumerta) D.I Pandjaitan
  6. Mayor Jenderal TNI (Anumerta) Sutoyo Siswomiharjo
  7. Kapten Czi (Anumerta) Pierre Andreas Tendean

Mulanya, kelompok PKI mendatangi rumah masing-masing korban pada 30 September 1965, kecuali Pierre Andreas Tendean yang menjadi korban salah tangkap.

Kelompok PKI sebenarnya ingin menculik Jenderal TNI A.H Nasution, tapi salah melakukan penangkapan. Mereka justru membawa Pierre Andreas Tendean yang kala itu berada di kediaman A.H Nasution. Sementara A.H Nasution selamat dari gerakan pemberontakan PKI.

Kelompok PKI berdalih bahwa Presiden Soekarno memanggil para petinggi TNI AD sehingga mereka yang mengaku sebagai Cakrabirawa, pasukan pengawal Istana diperintahkan untuk menjemput.

Para anggota TNI AD seperti R. Soeprapto, Sutoyo Siswomiharjo, S. Parman, dan Pierre Andreas Tendean yang salah tangkap pun ikut dengan kelompok PKI. Mereka dibawa dalam keadaan hidup.

Di Mana Terjadinya Pemberontakan G30S PKI?

Pemberontakan itu terjadi di sebuah markas di kawasan Pondok Gede, Jakarta Timur. Keempat anggota TNI AD yang dibawa dalam keadaan hidup itu kemudian dikumpulkan ke markas tersebut.

Setibanya di markas itu, keempat anggota TNI AD itu langsung dibunuh. Kemudian, mayat mereka dimasukkan ke sebuah sumur tua berdiameter 75 cm dengan kedalaman 12 meter.

Sumur tua itu sejatinya sudah tidak terpakai dan empat mayat langsung dimasukkan secara bertumpuk ke sumur tersebut.

Tak lama berselang, kelompok PKI membawa tiga mayat lain, yaitu Ahmad Yani, M.T Haryono, dan D.I Pandjaitan yang telah tewas tertembak di kediaman masing-masing ketika dijemput oleh kelompok PKI.

Dikutip dari Modul Pembelajaran SMA Sejarah Indonesia Kelas XII, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (2020), tiga mayat itu juga dimasukkan ke dalam sumur tua yang kemudian dikenal sebagai Lubang Buaya karena menjadi saksi pemberontakan sadis yang dilakukan oleh kelompok PKI.

Mereka tewas pada 30 September 1965 menuju 1 Oktober 1965, tetapi mayat mereka baru ditemukan pada 4 Oktober 1965.

Usai ditemukan, seluruh mayat dimakamkan di Taman Makam Pahlawan di Kalibata, Jakarta Selatan pada 5 Oktober 1965.

Pemakaman dilakukan dengan upacara kenegaraan karena Presiden Soekarno mengangkat para korban G30S PKI sebagai Pahlawan Revolusi.

Kemudian, Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Pangkostrad) Soeharto menetapkan 1 Oktober sebagai Hari Kesaktian Pancasila pada 1966.

Sejak penetapan itu, peringatan Hari Kesaktian Pancasila secara resmi diperingati di Indonesia untuk mengenang para korban G30S PKI. Seluruh pasukan TNI AD wajib mengikuti peringatan tersebut.

Pada 1967, Soeharto yang terpilih menjadi Presiden ke-2 Indonesia menetapkan Hari Kesaktian Pancasila merupakan hari bersejarah yang harus diperingati oleh seluruh masyarakat.

Penetapan itu dituangkan dalam Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 153 Tahun 1967 tentang Hari Kesaktian Pancasila.

Itulah informasi mengenai di mana terjadinya pemberontakan G30S PKI dan sejarah singkatnya. Semoga bermanfaat.

(uli/juh)
KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT
TOPIK TERKAIT
TERPOPULER
LAINNYA DARI DETIKNETWORK