Pengertian, Unsur, dan Teknik Pementasan Teater Tradisional
Teater tradisional adalah kegiatan dalam menggunakan tubuh atau benda-benda yang dapat digerakkan, di mana suara, musik, dan tarian menjadi media utamanya.
Jika ingin mengetahui lebih dalam, selain memahami pengertiannya, kamu juga harus tahu unsur dan teknik pementasan teater tradisional.
Indonesia mempunyai ragam jenis teater tradisional yang merupakan kekayaan bangsa di bidang seni. Keragaman yang ada ini memuat kekhasan dan keunikan dari masing-masing jenis teater tradisional.
Pengertian teater tradisional
Mengutip dari buku Seni Budaya SMA/MA/SMK/MAK Kelas X Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (2017), kata teater secara etimologis berasal dari bahasa Inggris yakni theatre dan bahasa Yunani yakni theaomai yang berarti dengan takjub melihat dan mendengar.
Kemudian kata teater ini berubah menjadi Theatron yang mengandung pengertian yakni gedung pertunjukan atau pentas atau auditorium atau tempat penonton.
Teater dalam pengertian umum adalah suatu kegiatan manusia dalam menggunakan tubuh atau benda-benda yang dapat digerakkan. Di mana suara, musik dan tarian sebagai media utamanya untuk mengekspresikan cita, rasa dan karsa seni.
Pengertian teater dapat dibagi dalam pengertian umum dan sempit.
Teater dalam arti luas
Teater dalam arti luas adalah segala tontonan yang dipertunjukkan di depan orang banyak, misalnya:
- wayang,
- wayang wong,
- wayang golek,
- wayang kulit,
- wementasan topeng,
- ketoprak,
- ludruk,
- longser,
- berbagai pertunjukan musik atau karawitan,
- karnaval seni, dan
- lainnya.
Teater dalam arti sempit
Dalam arti sempit, teater adalah drama. Istilah drama dalam bahasa Yunani dran atau draomai yang berarti beraksi, berbuat, bertindak, berlaku.
Dalam istilah yang umum, drama adalah salah satu bentuk teater yang memakai lakon dengan cara bercakap-cakap atau gerak-gerik di atas pentas yang ditunjang oleh beberapa unsur artistik pementasan.
Inti atau dasar dari drama itu sendiri adalah konflik atau pertentangan, antara peran tokoh dengan dengan dirinya sendiri, dan peran tokoh dengan masyarakat atau lingkungan.
Drama adalah kisah hidup dan kehidupan manusia yang di ceritakan di atas pentas, disaksikan oleh orang banyak atau penonton. Drama didasarkan pada naskah tertulis atau tidak tertulis dengan atau tanpa musik, nyanyian, dan atau tarian.
Lihat Juga : |
Unsur dan teknik pementasan teater tradisional
Pementasan teater secara umum, merupakan proses komunikasi atau peristiwa interaksi antara pementasan teater dengan penontonnya yang dibangun oleh suatu sistem pengelolaan, yakni manajemen seni pementasan.
Dalam suatu pementasan seni, termasuk pementasan teater memiliki persyaratan. Adapun yang dimaksud persyaratan adalah unsur penting dalam terselenggaranya pementasan teater.
Tanpa persyaratan tersebut, maka pementasan seni atau peristiwa seni tidak akan terwujud. Di bawah ini unsur dan teknik yang diperlukan dalam pementasan teater tradisional.
Unsur pementasan teater tradisional
Unsur penting dalam teater tradisional meliputi panitia, materi, penonton, dan tempat. Berikut penjelasannya.
1. Panitia
Unsur pertama yang penting dalam pementasan teater tradisional adalah panitia. Panitia pementasan memiliki dua wilayah kerja penting, yakni panitia artistik dan panitia non-artistik.
Panitia artistik adalah orang-orang yang berada di bawah pimpinan seorang sutradara. Sementara panitia non artistik dipimpin oleh pemimpin produksi.
2. Materi
Unsur penting dalam pementasan berikutnya adalah materi. Adapun yang dimaksud materi adalah wujud, benda, materi, atau bentuk ungkapan pementasan seni yang mengandung nilai-nilai kehidupan.
Materi pementasan adalah wujud dari karya teater yang dibangun melalui proses kreatif seniman menggunakan medium tertentu.
3. Penonton
Penonton merupakan unsur penting berikutnya. Sebab, penonton bisa dikatakan juga sebagai apresiator, penikmat, dan penilai materi seni.
Dalam pementasan teater, penonton dibedakan menjadi tiga. Berikut penjelasannya.
- Penonton awam: penikmat seni yang cenderung kurang atau tidak dibekali pengetahuan dan pengalaman seni.
- Penonton tanggap: penonton yang memiliki sikap responsif dengan kecenderungan memiliki wawasan dan pengalaman seni, seperti pelajar atau mahasiswa.
- Penonton kritis: penonton yang memiliki keilmuan dan pengalaman seni, lalu membuat ulasan atau menulis kritik dan mempublikasikannya dalam forum ilmiah, atau media lainnya.
4. Tempat
Tempat merupakan unsur yang penting yang menjadi tempat berlangsungnya pementasan yang dapat dilakukan di dalam (indoor) dan di luar (outdoor) gedung pementasan. Berikut jenis tempat pementasan.
- Pentas arena yakni tempat pementasan yang dapat dilihat dari semua arah penonton, seperti ruang pendopo, lapangan terbuka, halaman rumah, dan lainnya.
- Pentas proscenium atau disebut panggung di dalam gedung, yakni tempat yang membuat penonton hanya dapat menikmati dari arah depan (adanya jarak penonton dan tontonan) biasanya pementasan teater modern.
- Pentas campuran merupakan bentuk-bentuk panggung perpaduan antara panggung arena dan panggung proscenium, misalnya panggung bentuk L, U, I, segi enam, segi lima atau setengah lingkaran.
Teknik pementasan teater tradisional
Teknik adalah metode atau strategi yang memudahkan kerja dalam menyelesaikan suatu tugas. Dalam pementasan teater teknik adalah upaya yang dilakukan untuk mempersiapkan pertunjukan.
Teknik pementasan teater tradisional dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yakni teater tutur, teater boneka, dan teater manusia.
Setiap jenis teater ini memiliki ciri khasnya tersendiri, terutama dalam hal media ekspresi yang dominan digunakan. Simak penjelasannya.
1. Teknik teater tutur
Teater tutur merupakan teater tradisional dengan kekhasan penyampaian cerita atau lakon yang dibawakan dengan cara mendongeng atau bercerita, dengan atau tanpa diiringi musik.
Contoh teknik teater tutur adalah Seni Pantun dari Jawa Barat, Madihin dari Riau, Cepung dari NTB, Kentrung dari Jawa Timur, dan lainnya.
2. Teknik teater boneka
Media utama dari teknik teater ini adalah menggunakan boneka atau tiruan dari benda atau makhluk hidup ang dijadikan alat untuk menyampaikan cerita.
Biasanya tokoh yang menghidupkan lakon dengan media boneka disebut dengan dalang. Contohnya wayang golek, wayang kulit, wayang cepak, ondel-ondel, hudok, dan lainnya.
3. Teknik teater manusia
Teater boneka adalah pementasan teater tradisional atau nontradisional dengan manusia sebagai media utama dalam melakukan aksi seni peran di atas pentas.
Contohnya Mamanda dari Kalimantan Selatan, Randai dari Sumatra Barat, Lenong dari Betawi, Topeng Banjet, Longser, Topeng Cirebon, Uyeg dari Jawa Barat, dan Ludruk, Ketoprak, dari Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Lihat Juga : |
Demikian pengertian, unsur, dan teknik pementasan teater tradisional. Selamat belajar!
(juh)