13 Pahlawan Nasional Wanita dan Perannya untuk Indonesia

CNN Indonesia
Rabu, 06 Nov 2024 17:00 WIB
Indonesia memiliki banyak pahlawan nasional wanita yang telah berjasa memberikan kontribusi bagi kemerdekaan dan kemajuan bangsa.
Daftar pahlawan nasional wanita yang telah berjasa memberikan kontribusi bagi kemerdekaan dan kemajuan bangsa. Arsip Wikimedia Commons/Laksamana Malahayati)
Daftar Isi
Jakarta, CNN Indonesia --

Indonesia memiliki sejumlah pahlawan nasional wanita berjasa dalam memberikan kontribusi luar biasa bagi kemerdekaan dan kemajuan bangsa.

Sosok-sosok pahlawan wanita Indonesia ini tidak hanya berjuang dengan senjata, tetapi juga ada yang melalui pendidikan, diplomasi, hingga sosial dalam pemberdayaan masyarakat.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Para pahlawan wanita ini juga turut berpartisipasi dalam melawan kolonialisme, mengusir penjajah, serta memperjuangkan hak-hak perempuan.

Dirangkum dari laman Indonesiabaik dan berbagai sumber lainnya, berikut nama-nama pahlawan nasional wanita yang telah mengukir sejarah bagi bangsa Indonesia.

1. R.A. Kartini

Raden Ajeng Kartini merupakan seorang pelopor kebangkitan perempuan pribumi yang lahir di Jepara, Jawa Tengah pada tahun 1879.

Kartini ingin mengangkat derajat kaum wanita melalui pendidikan, agar mereka memperoleh hak dan kecakapan yang sama seperti kaum pria. Maka dari itu, Kartini dianggap sebagai pahlawan serta. pelopor emansipasi wanita.

Kartini mendirikan sekolah bagi gadis-gadis di Jepara, Jawa Tengah. Menurutnya, Tuhan menciptakan pria dan wanita sebagai makhluk yang sama dan tidak boleh dibeda-bedakan kedudukannya.

2. Cut Nyak Dhien

Cut Nyak Dhien merupakan sosok pahlawan wanita dari Aceh yang lahir di Lampadang Kerajaan Aceh. Cut Nyak Dhien pernah berperang melawan pasukan kolonial Belanda pada masa Perang Aceh 1873-1904.

Istri dari pahlawan nasional Teuku Umar ini merupakan tokoh yang memegang peranan penting bagi masyarakat Aceh, baik di bidang politik maupun lainnya.

3. Cut Nyak Meutia

Pahlawan nasional wanita selanjutnya masih dari Aceh, yaitu Cut Nyak Meutia yang merupakan pemimpin Gerilya Aceh yang berperang melawan pasukan kolonial Belanda.

Sejak kecil, dirinya diajarkan agama Islam oleh kedua orang tuanya, bagaimana menghidupkan amar ma'ruf nahi munkar.

Cut Meutia mengambil posisi paling depan di pertarungan yang tidak seimbang dari segi jumlah dan persenjataan yang akhirnya membuat dirinya terbunuh setelah tiga tembakan peluru menerjangnya.

4. Raden Dewi Sartika

Raden Dewi Sartika merupakan pahlawan nasional yang juga tokoh perintis pendidikan untuk kaum wanita dari Jawa Barat. Ia pernah mendirikan sekolah pertama untuk wanita Sunda di Bandung, Jawa Barat.

Sekolah tersebut bernama Sekolah Istri di Pendopo pada 16 Januari 1904. Lalu, sekolahnya berganti nama menjadi Sekolah Kaoetamaan Istri di tahun 1910 dan berubah lagi menjadi Sekolah Raden Dewi pada September 1929.

Dewi Sartika juga pernah membuat sebuah tulisan berjudul "De Inlandsche Vrouw" yang berarti "Wanita Bumiputera", ia menghendaki adanya persamaan hak antara pria dan wanita dalam hal pekerjaan dan pendidikan.

5. Nyai Ahmad Dahlan

Nyai Ahmad Dahlan atau Siti Walidah merupakan tokoh emansipasi perempuan dari Yogyakarta, yang berpartisipasi dalam diskusi perang bersama Jenderal Sudirman dan Presiden Soekarno.

Ia memprakarsai berdirinya perkumpulan Sopo Tresno pada tahun 1914 untuk wanita Islam. Perkumpulan ini fokus pada tiga bidang, yaitu dakwah, pendidikan, dan sosial.

Ia juga mendirikan asrama putri yang dibangun di rumahnya, memberikan pendidikan keimanan, praktek ibadah, sampai berlatih pidato dan dakwah.

Nyai Ahmad Dahlan terus melakukan perjuangannya bahkan setelah suaminya meninggal dunia. Ia membina generasi muda, terutama perempuan Islam agar tekun, gigih, dan berpendidikan.

6. Hajjah Rangkayo Rasuna Said

H.R. Rasuna Said dikenal sebagai tokoh pejuang kemerdekaan Indonesia yang menciptakan gerakan kegiatan Rasuna Said selaku wanita muda Islam dari tanah Minangkabau.

Di masanya, masih banyak wanita Minang yang terikat pada adat dan agama. Namun Rasuna, dengan segala keberaniannya, merintis gerakan kaum wanita Minangkabau dengan tidak menyalahi adat dan agama.

Usahanya di bidang pendidikan juga telah membuat masyarakat pedesaan mengenal PERMI (Partai Muslimin Indonesia).

7. Siti Rohana

Siti Rohana atau dikenal juga dengan nama Rohana Kudus adalah jurnalis perempuan pertama di Indonesia asal Sumatra Barat.

Ia dikenal gigih memperjuangkan nasib kaum perempuan pada masanya, mendirikan surat kabar Soenting Melajoe untuk mewadahi pemikiran perempuan, serta mendirikan sekolah putri untuk mengajari keterampilan.

Pada 2019, Rohana Kudus ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional oleh pemerintah, berdasarkan Surat Keputusan Kementerian Sosial Nomor 555/3/PB/.05.01/11/2019 tanggal 7 November 2019.

8. Ratu Kalinyamat

Ratu Kalinyamat adalah seorang pejuang wanita dari Jepara, Jawa Tengah yang hidup pada masa awal perkembangan Islam di Nusantara.

Selama menjadi penguasa Jepara, ia dikenal sebagai seorang patriot, pemberani, dan ahli strategi perang yang berhasil membangun kekuatan maritim yang ditakuti untuk menjaga Tanah Air dari bangsa penjajah.

9. Martha Christina Tijahahu

Martha Christina Tijahahu adalah pahlawan wanita yang berasal dari Maluku, yang dianggap sebagai pejuang kemerdekaan yang unik.

Ia dikenal sebagai seorang putri remaja yang turut dalam pertempuran melawan tentara kolonial Belanda dalam perang Pattimura tahun 1817.

Martha Christina adalah anak Kapiten Paulus Tijahahu. Ia selalu menemani sang ayah dalam setiap pertempuran, di antaranya perlawanan di Saparua pada 1817, perlawanan merebut benteng Beverwijk, dan pertempuran di daerah Ulat dan Ouw.

10. Maria Walanda Maramis

Maria Walanda Maramis merupakan pahlawan wanita Indonesia dari Sulawesi Utara. Ia merupakan pendidik dan penggiat hak-hak perempuan.

Ia juga dikenal sebagai sosok pendobrak adat, pejuang kemajuan, dan emasipasi perempuan di dunia politik dan pendidikan.

Maria mendirikan organisasi bernama Percintaan Ibu Kepada Anak Temurunannya (PIKAT) pada 8 Juli 1917. Organisasi ini bertujuan untuk memajukan pendidikan perempuan Minahasa.

Pada 1919, Maria berhasil memperjuangkan kaum wanita Minahasa untuk mendapatkan hak suara untuk memilih wakil rakyat di Minahasa Raad.

11. Laksamana Malahayati

Keumalahayati merupakan pahlawan nasional wanita asal Kesultanan Aceh yang lahir di Aceh Besar pada 1550. Wanita Tangguh asal Aceh ini pernah berperang melawan kapal dan benteng Belanda, sekitar tahun 1599.

Berkat keberaniannya itu, Malahayati mendapat gelar Laksamana. Namun sayangnya, ia harus gugur saat sedang melindungi Teluk Krueng Raya dari serangan Portugis pada tahun 1615.

12. Nyi Ageng Serang

Nyi Ageng Serang atau Raden Ajeng Kustiyah Wulaningsih Retno Edi merupakan salah satu keturunan Sunan Kalijaga asal Purwodadi, Jawa Tengah.

Ia adalah putri dari Pangeran Natapraja yang pernah ikut serta melawan penjajah bersama ayah dan kakaknya, yaitu Kyai Ageng Serang.

Meski ayahnya, suami, dan kakak beliau gugur dalam melawan penjajah, dirinya pantang menyerah dan tetap memimpin pasukannya untuk melawan pasukan Belanda.

Bahkan, Pangeran Diponegoro mengakui kehebatan Nyi Ageng Serang dalam menyusun strategi, hingga dipercaya menjadi salah satu penasihatnya.

13. Opu Daeng Risadju

Opu Daeng Risadju adalah pahlawan wanita Indonesia dari Sulawesi Selatan yang mempunyai peran besar dalam perlawanan terhadap tentara NICA, yaitu tantara dari penjajah Belanda.

Dengan semangatnya yang tinggi dalam membela tanah air, Opu Daeng membangkitkan semangat para pemuda Indonesia untuk melakukan perlawanan terhadap tantara NICA.

Itulah deretan para pahlawan nasional wanita Indonesia telah menunjukkan bahwa perjuangan untuk kemerdekaan dan kemajuan bangsa tidak mengenal gender.

Bahkan, semangat dan nilai-nilai perjuangan mereka tetap relevan sebagai inspirasi bagi generasi muda Indonesia, khususnya para wanita, untuk turut membangun bangsa.

(avd/juh)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER