Angka aksara Jawa atau sering disebut aksara wilangan merupakan bagian penting dari sistem penulisan tradisional dalam bahasa Jawa.
Sistem ini digunakan khusus untuk menuliskan bilangan dan memiliki bentuk serta pelafalan yang berbeda dari angka dalam bahasa Indonesia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Keunikan angka aksara Jawa tidak hanya terletak pada bentuk tulisannya yang khas, tetapi juga dalam penggunaannya yang mencerminkan nilai-nilai budaya.
Dalam bahasa Jawa, aksara wilangan berfungsi sebagai simbol angka yang memiliki bentuk tersendiri, berbeda dari angka yang umum digunakan saat ini.
Bentuk angka ini menyerupai beberapa karakter dalam aksara Nglagena, yaitu aksara dasar dalam sistem penulisan Jawa yang dikenal pula dengan nama hanacaraka atau Dentawiyanjana.
Pelafalan angka dalam aksara Jawa pun disesuaikan dengan dua tingkat tutur bahasa Jawa, yakni ngoko (kasar) dan krama inggil (halus).
Contohnya, angka satu disebut siji dalam ngoko, sementara dalam krama inggil disebut setunggal. Demikian pula angka dua disebut loro atau kalih, tiga sebagai telu atau tiga, dan seterusnya.
Agar lebih mudah dibaca dan tidak tertukar dengan huruf-huruf dalam aksara Nglagena, penulisan angka aksara Jawa memiliki aturan khusus.
Salah satunya adalah penggunaan tanda pangkat (꧇) di awal dan akhir deretan angka, untuk menandai bahwa yang ditulis adalah bilangan, bukan huruf. Contohnya, tahun 2025 ditulis sebagai ꧇꧒꧐꧒꧕꧇.
Bentuk-bentuk aksara angka Jawa sebagai berikut:
0 = O
꧑ = 1
꧒ = 2
꧓ = 3
꧔ = 4
꧕ = 5
꧖ = 6
꧗ = 7
꧘ = 8
꧙ = 9
Fungsi angka aksara Jawa sangat luas, bisa digunakan untuk menulis harga, jumlah, alamat, hingga tanggal dan tahun dalam penulisan aksara tradisional.
Untuk memperjelas penggunaannya, berikut beberapa contoh penulisan angka aksara Jawa:
Demikian penjelasan angka aksara Jawa, aturan, dan contoh penulisannya.
(asp/fef)