Jakarta, CNN Indonesia -- Pelabuhan Cilamaya di Karawang Jawa Barat sejatinya bisa mengurangi kelebihan kapasitas di Tanjung Priok. Namun proses ke sana tidak mudah, Pemerintah Indonesia harus berhadapan dengan PT Pertamina karena lokasi tersebut terdapat aktivitas pipa gas. Di satu sisi, Indonesia bisa mendapatkan dampak ekonomi hingga Rp 700 triliun dengan adanya pelabuhan baru itu. Di sisi lain Pertamina mungkin harus kekurangan jumlah produksi dari akitivitas minyak dan gas yang dilalui pelabuhan tersebut. Untuk mengetahui cerita di balik kisruh Cilamaya, Reporter CNN Indonesia Fathiya Dahrul mewawancarai Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah Kementerian Kordinator Perekonomian Luky Eko Wuryanto di sela sesi Refleksi Tiga Tahun Rencana Induk Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI), Rabu malam (3/9). Berikut kutipan wawancara tersebut:
Apa sebetulnya tujuan dibangunnya Pelabuhan Cilamaya?Pihak Jepang ada keinginan untuk memperdekat jarak dari industri yang di timur Jakarta ke pelabuhan. Karena masuk Pelabuhan Tanjung Priok kan sudah sangat crowded, jadi membangun pelabuhan di timur Jakarta itu sangat relevan supaya memecah beban dan lebih dekat dengan Karawang, Bekasi, dan lain-lain di dekat situ.
Dalam konteks itu jepang sangat berkepentingan, dan ok kami juga merasa pertumbuhan timur Jakarta itu sangat penting. karena nantinya pertumbuhan bongkar muat nggak akan semua bisa ditanggung oleh Tanjung Priok. jadi harus ditambah pelabuhan lain. Kami (Indonesia dan Jepang) sama-sama punya kepentingan untuk itu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bagaimana sebetulnya perencanaan pembangunan Pelabuhan Cilamaya, kenapa sekarang jadi terbentur dengan Pertamina?
Sebetulnya kami sudah tahu sejak 2009 awal 2010. Dalam feasibility study yang dilakukan Kementerian Perhubungan dengan bantuan Jepang sudah diketahui ada pipa Pertamina di sana. Waktu itu kami tanya ke Pertamina, awalnya mereka tidak terlalu anggap serius, mungkin mereka berfikir itu masih lama. Tapi begitu ternyata makin santer baru mereka kemudian menampakkan kekhawatirannya, bagaimana kegiatan oil and gas yang ada disitu.
Lalu apa solusinya?Kami sudah membuat tim komprehensif untuk membuat studi. Itu kan pertentangan antara transportasi dengan minyak dan gas. Kami tanya ke perhubungan, you pilih siapa konsultan yg dipercayai, dia pilih Mott MacDonald. Untuk oil and gas dipilih DNC. ini kan harus ada yang menengahi. ini punya kepentingan pelabuhan dan ini kepentingan oil and gas. Kami pilih juga internasional konsultan yang bisa menengahi namanya Booz&Company. ketiga mereka lah yang kemudian meramu kira-kira bagaimana solusinya.
Hasilnya?Itu sudah diselesaikan dan menurut kesimpulan komprehensif itu sebetulnya ada pelabuhan di antara kegiatan oil and gas itu is not a unique case, biasa terjadi dimana-mana. Di Peninsula AS itu tanjung nya kayak benang banyak sekali pipa di bawahnya. Bahkan di bawah Tanjung Priok pun sebetulnya ada pipa nya, nggak ada masalah. di lihat di Singapura, Thailand, Brunei, Jepang, Hongkong, semua bagus nggak ada masalah. cuma barangkali kalau pertamina khawatir itu sih boleh boleh saja. sebetulnya mereka ingin sangat safety, kalau pun ada kegiatan pelabuhan disitu aktivitas minyak dan gas bisa tetap jalan, ini yang belum ketemu saja sebetulnya.
Kami sudah bikin perhitungan dari studi itu bahwa keuntungan adanya pelabuhan disitu jauh lebih besar, dibandingkan kalau ada masalah. konsultan sudah menstudi nanti pipa-pipa yang melintas kan ada alur. Pelabuhan itu sendiri kan sebagian besar reklamasi, jadi pelabuhan ini ada alur nggak bisa sembarang. Alur ini nanti dikasih pandu jadi nggak mungkin lah kapal keluar jalur. Nah pipa yang lewat alur ini dibenambakan karena syarat oil and gas kan harus dibenamkan beberapa meter, nanti diatasnya diperkuat. Sehingga kalau ada jangkar jatuh disitu nggak ada masalah. Jarak minimal kalau dari ada platform itu dua kilo meter dari alur. jadi cukup warning kalau masih ada kemungkinan dia nyelonong. jadi itu sudah tambah investasi pelabuhan, tapi memang pertamina masih belum mau.
Langkah yang ditempuh pemerintah sekarang bagaimana?Intinya dari pihak pimpinan saya (Menteri Perekonomian Chairul Tanjung) tunggu pemerintah yang akan datang saja. Sekarang belum pasti sebetulnya untuk memindahkan lokasi. Kalau tidak terlalu complicated sih beliau ingin menyelesaikan itu, kita harus benar-benar bicara dengan Pertamina, pemerintah daerah, dan semua yang terkait. Kalau sekarang dilakukan terlalu rumit. Kalau Pak CT memang sulit ya, sebaiknya kalau bisa pindah ya pindah untuk mengurangi permasalahan, tapi yang masih dikhawatirkan pindahnya kemana. Di Cirebon terlalu jauh, tidak bisa menyelesaikan masalah yang ada di Jakarta. Cikarang itu kan atasnya ya Cilamaya. Jadi intinya memindahkan Pelabuhan Cilamaya itu tak semudah yang diduga.
Memang apa uniknya lokasi Cilamaya?Sebagian besar Pantai Utara Jawa sudah banyak aktivitas oil and gas, tak hanya Cilamaya tapi kiri kanannya juga banyak dan baru sepi setelah Indramayu, kalau ke sana terlalu jauh. Cilamaya itu dipilih karena paling memungkinkan dibandingkan lokasi lain dilihat dari struktur alur laut dan pemanfaatan lahan di pantai yg paling memungkinkan. Untuk itu pemerintah nantinya akan meminta sebaiknya pemerintah yang akan datang untuk memutuskan untuk pindah atau tidak.
Kalau pindah lokasi, cost nya berapa?Nggak tahu, kalau dipindahkan kita harus bicara implikasinya,
cost kan belum dihitung karena pelabuhan nya belum ada.
Berapa hektar luas pelabuhan dan berapa nilai investasi Cilamaya?Pelabuhan cilamaya luasnya 200-400 hektar, investasinya Rp 60 triliun.
Benefit buat negara apa dari pelabuhan ini?Dari identifikasi yang kita lakukan bisa dapat Rp 700 triliun dampak ekonomi yang ditimbulkan, karena bongkar muat jadi lebih efisien. Belum lagi bensin yang dikeluarkan jadi lebih sedikit, waktu jadi lebih singkat. Kalau di
monetise ya dapatnya segitu, tapi investasi yang dikeluarkan juga jadi lebih mahal, karena harus bikin alur khusus, pembenaman pipa. Dari sisi Pertamina mungkin, mungkin ya, yang tadinya produksi 10 jadi berkurang, ada
oportunity loss. Tapi dibandingkan dengan benefit jangka panjang,
that is nothing.