Jakarta, CNN Indonesia -- Bank Indonesia mendesak pelaku usaha mineral dan pertambangan untuk melakukan pelaporan devisa hasil ekspor (DHE) secara berkala. Hal itu penting untuk mendapatkan data akurat mengenai neraca perdagangan dari kegiatan ekspor dan impor di sektor minerba.
"Secara umum, DHE kita per bulan Oktober sudah mencapai 82 persen dari total ekspor kita. Tapi untuk sektor energi migas DHE-nya hanya mencapai 67 persen, sehingga DHE dari sektor ini masih perlu didorong. Makanya Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral kita juga bilang kalau pelaporan DHE dari sektor ini harus dioptimalkan" ujar Deputi Gubernur BI Perry Warjiyo ketika ditemui di kantornya, Selasa (2/12).
Secara umum, BI optimistis neraca perdagangan sampai dengan Oktober 2014 akan berkontribusi prositif dalam mendukung perbaikan kinerja transaksi berjalan di kuartal terakhir 2014. Optimisme tersebut didukung oleh surplus neraca perdagangan sebesar US$ 0,02 miliar yang dilaporkan Badan Pusat Statisti (BPS) kemarin, Senin (1/12).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Melalui siaran persnya, BI menilai surplus neraca perdagangan yang dipengaruhi oleh turunnya nilai impor Indonesia memberikan sinyal positif bagi perbaikan transaksi berjalan Indonesia pada kuartal IV 2014. Tercatat impor non migas turun dari US$ 11,89 miliar pada September 2014 menjadi US$ 11,75
Penurunan impor tersebut dikarenakan terdapat penurunan pada impor peralatan mekanik, mesin, dan peralatan-peralatan listrik, serta kendaraan bermotor. Namun, sektor migas masih mengalami peningkatan defisit menjafi sebesar US$ 1,11 miliar dari US$ 1,03 miliar pada bulan September 2014.
Bank sentral juga memperkirakan perbaikan neraca perdagangan ke depan akan didukung oleh peningkatan aktifitas ekspor seiring perbaikan ekonomi global dan tren penurunan harga minyak dunia. Hal ini diyakini akan mengurangi tekanan pada defisit neraca migas dan diharapkan mampu menambah cadangan devisa.
"DHE kita naik setelah kita terapkan kebijakan pelaporan. DHE ini penting karena juga menentukan stabilitas nilai tukar rupiah" tambah Perry.