Jakarta, CNN Indonesia -- Pakar penerbangan Singapura menilai otoritas Indonesia perlu memperbaiki cakupan radar posisi dan radar cuaca untuk bandara serta rute penerbangan. Hal itu merujuk hilangnya pesawat AirAsia dengan rute Surabaya-Singapura bernomor penerbangan QZ 8501, Minggu (28/12).
Seperti dikutip dari Time, pakar penerbangan Singapura Mike Daniel mengatakan, selama lebih dari tiga dekade pengalamannya dengan Federal Aviation Administration (FAA), pesawat biasanya mengubah ketinggian dan rute untuk menghindari cuaca buruk.
"Itulah apa yang Anda harapkan untuk dilakukan oleh pilot. Indonesia dikenal tidak memiliki cakupan radar posisi dan radar cuaca terbaik. Mereka (Indonesia) perlu memperbarui hal itu untuk bandara dan rute penerbangan," katanya kepada Time, Minggu (28/12).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Daniel menilai insiden QZ 8501 mirip dengan hilangnya pesawat Malaysia Airlines dengan rute Kuala Lumpur-Beijing yang membawa 239 penumpang pada 8 Maret 2014.
Menurut Daniel, operator seharusnya memiliki pengawasan konstan dan kewaspadaan terhadap lokasi pesawat tersebut. "Salah satu hal pertama yang harus dilakukan otoritas adalah mengkonfirmasi posisi pesawat," katanya.
Sementara itu, pejabat Kementerian Perhubungan Indonesia Hadi Mustofa Djuraid mengatakan kontak dengan pesawat AirAsia tersebut hilang di Laut Jawa antara Kalimantan dan pulau Belitung, timur garis pantai Sumatra.
"Cuaca memang tidak bagus di lokasi hilang kontak tersebut. Kami mendapat laporan cuaca dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika," ujarnya.