Jakarta, CNN Indonesia -- Reformasi kebijakan subsidi BBM pemerintah diyakini akan mengurangi tekanan inflasi di awal tahun 2015 seiring dengan penurunan harga jual premium dan solar. Destry Damayanti, Kepala Eksekutif Mandiri Institute, memperkirakan penurunan harga BBM bersubsidi sekitar 10 persen akan mengurangi potensi inflasi hingga 0,7 persen.
"Kajian kami adalah setiap harga BBM berubah 10 persen, maka akan mempengaruhi inflasi 0,5 persen hingga 0,7 persen. Jadi kalau harga BBM bersubsidi turun 10 persen, maka tekanan inflasi maksimum 0,7 persen," ujar Destry kepada CNN Indonesia, Kamis (1/1).
Destry meyakini harga keekonomian BBM pada tahun ini akan bergerak pada level yang rendah mengikuti tren penurunan harga minyak mentah global yang kemungkinan masih akan berlanjut. Hal ini menjadi tantangan bagi pemerintah dan pelaku ekonomi dalam membuat proyeksi inflasi secara akurat.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kendati demikian, Destry mengapresiasi terobosan pemerintah di bidang fiskal, dengan mencabut subsidi premium dan mengurangi pasokan BBM Ron 88 tersebut. Langkah ini dinilai tepat karena selama ini subsidi premium dinilai salah sasaran karena lebih banyak dinikmati kelompok masyarakat menengah ke atas.
"Tapi dengan mempertahankan subsidi solar sebesar rp 1.000 per liter menunjukkan keberpihakan pemerintah kepada masyarakat umum, karena bahan bakar tersebut banyak digunakan oleh nelayan dan transportasi publik," tutur Destry.
Langkah ini, lanjut Destry, merupakan bentuk efisiensi anggaran pemerintah yang cukup signifikan. Dari total alokasi sebesar Rp 276 triliun dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2015, kemungkinan besar realisasi belanja subsidi BBM tahun ini tidak sampai Rp 20 triliun.
"Dengan penghabusan subsidi premium menunjukan niat pemerintah untuk menggeser subsidi yang selama ini bersifat konsumtif menjadi lebih produktif," jelasnya.
Seperti diketahui, Kamis (31/12), pemerintah mengumumkan pencabutan subsidi premium dan mematok besaran subsidi solar sebesar Rp 1.000 per liter per 1 Januari 2015. Kebijakan ini secara otomatis membuat
harga jual premium turun Rp 900 per liter menjadi Rp 7.600 dan harga jual solar turun Rp 250 per liter menjadi Rp 7.250. (ags/ags)